EDI MUHAMMAD KOMANDAN TIM KEBERSIHAN SISA RERUNTUH
Edi Muhammad sosok seorang bapak dari dua anak kelahiran Pekalongan 31 tahun yang lalu, dari tangal 31 Mei 2006, 4 hari pasca gempa 27 Mei yang lalu mulai disibukan dengan alat-alat berat yang menderu siang malam dikawasan perkampungan di lima kecamatan wilayah Kota Yogyakarta yang terkena gempa, mulai dari pukul 08.30 pagi menyiapkan data berupa tempat-tempat brangkalan tertumpuk, pembagian kerja berikut surat tugasnya bagi teman sejawat yang akan terjung langsung ke lapangan, distribusi jadwal bagi sopir/armada pengangkut, operator kendaraan berat, Anggota TNI yang tergabung juga relawan dari berbagai pihak hingga administrasi penunjang kegiatan, harus disiapkan bersama team yang terdiri dari Staf Bina Marga dan Drainasi Dinas Kimpraswil Kota Yogkarata. Kerja keras hingga larut malam bahkan jika ada armada angkutan yang datangnya memang tertunda oleh sesuatu dan lain hal, mereka harus nebus kerja hingga menjelang subuh. Pekerjaan ini terus dilaksanakan bersama tim nya demi menjabarkan predikat PNS sebagai Abdi Negara dan Abdi Masyarakat.
Puji Tuhan kegiatan membersihkan reruntuhan akibat gempa ini mendapat dukungan penuh oleh pucuk pimpinan Kota Yogyakarta. Walikota dengan berbagai kebijakannya telah memberikan kesempatan kepada team Kimpraswil untuk dapat bekerja secara optimal meski harus berbagi dengan ketugasan pokok lain dan kepentingan keluarga, mengingat banyak juga staf Kimpraswil yang menderita kerusakan akibat gempa. Pola kerjasama masyarakat dengan team ternyata bak gayung bersambut. masyarakat membuang puing sisa gempa ke pinggir jalan dan diangkut oleh armada yang telah siap lengkap dengan operator dan relawan pendukungnya guna mengangkut ke tempat pembuangan akhir di ex Terminal Umbulharjo.
Menurut Edi yang suami dari Ir.Ari Widowati, istri asal Madiun kelahiran tahun 1963, Ia mengatakan bahwa, pekerjaan tersebut menjadi lancar karena adanya dukungan dari berbagai pihak seperti dari Propinsi DIY, Gapensi maupun dari Instansi lain serta masyarakat/RW, sehingga pembersihan puing ini lancar. Pernah terjadi pada kurun waktu paling sibuk, team kimpraswil mengoperasionalkan armada sewaan berupa dum-truck sebanyak 32 unit yang dibantu satu unit beck-hoe yang kata orang Sorosutan �Bego� dan loader/buldoser untuk nyeroki brangkal mulai dari pukul 08.30 pagi hingga pukul 18.00 sore, lalu istirahat sebentar dan kerja lagi mulai pukul 20.00 malam hingga menjelang subuh, ini terjadi pada awal-awal hingga pertengan bulan Juni yang lalu, kenangnya. Bagi Edi Muhammad sang komandan team baginya yang penting adalah, bagaimana kimpraswil ini dapat menyemangati anggota nya agar tidak putus asa oleh beban kerja yang extra mengingat kepentingannnya sendiri terasa terabaikan. Bagi karyawan kimpraswil sendiri ternyata tidak sedikit yang menjadi korban gempa. Ada yang rumahnya rusak, sanak saudaranya sakit bahkan dirinya sendiri juga menderita, namun masih harus kerja keras untuk melaksanakan ketugasan demi warga masyarakat. Dukungan moril dari pimpinan, sesama team dan masyarakat serta bantuan dari TNI, ternyata memperlancar pelaksanaan pembersihan puing di jalanan. Kerjasama yang terjalin erat ini telah membuahkan hasil kerja yang optimal, dimana pihak TNI yang menurunkan personalnya untuk membantu mengerjakan, memotivasi dan memberi teladan kepada masyarakat untuk aktif kerja gotong-royong membersihkan puing disambut warga masyarakat dengan antisias yang tinggi, jalin-menjalin kerjasama ternyata merupakan kerjasama yang tidak memlelahkan bahkan menumbuhkan jiwa korsa yang kukuh untuk saling mengabdi kepada manyarakat luas.
Dukungan dari Dinas Perhubungan Kota ternyata juga sangat membantu didalam ikut memperlancar pembersihan brangkal khususnya pada ruas-ruas jalan yang sibuk dengan lalulintasnya, peran dari Dinhub sangat menolong kata Cak Edi, meski Edi bukan arek Jowo Timur tapi akrab juga disapa �Cak Edi�. Pembersihan puing pada bulan Juli yang lalu terasa sangat menyita tenaga, waktu dan pikiran, sehingga terasa badan ini letih, lesu, kurang semangat. Namun demi pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara rasa wegah tersebut harus di hilangkan. Terbawa kelelahan yang berkelanjutan memang ada negatifnya yaitu, ketika beck-hoe, loader dan beberapa armada dum-truck sedang asyik membersihkan puing di Jalan Glagahsari, ayunan lambat si tangan raksasa ini sempat nyenggol pagar bumi yang kokoh di pinggir jalan dan mengakibatkan runtuhnya pagar bumi tersebut, hal serupa juga terjadi di Jalan Tegalgendu Kotagede. Namun dari kedua peristiwa tersebut pihak Kimpraswil tidak tinggal diam, Edi yang ayah dari Fauzan Aidinulhakim (11) dan Dianah Husna Afifah (5,5) ini segera ambil inisiatif untuk memperbaiki pagar yang rusak. Dilain pihak Bambang Rochadi Staf Din Kimpraswil yang sempat mendapat naas pada waktu ngatur lalu-lintas untuk memberikan keleluasaan loader dan dum-truck nyeroki puing, namun malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih sebuah mobil menyenggolnya sehingga Bambang terjatuh dan sebelang tangannya patah tulang. Lagi-lagi Cak Edi yang sejak PNS tahun 1992, diangkat menjadi Pegewai Negeri hingga sekarang bertugas di Kimpraswil (meski lembaganya beberapa kali telah berganti nama), Edi harus ambil inisiatif lagi untuk menyelesaikan masalah teman anggota tim nya. Membersihakan puing terasa tidak ada habis-habisnya, setiap hari terus saja ada warga masyarakat yang membuang puing di jalan bahkan ada yang meletakan menjorok agak ke tengah jalan, ini salah satu hal yang membuat pusing Cak Edi yang lulusan Teknik Arsitektur UNS Sala, menurutnya warga sudah di beri kesempatan membuang dengan mudah, murah dan dekat, masih menambah masalah dengan mengganggu lalulintas umum. Menurut perhitungan yang ada, aktifitas pembuangan puing ini sudah mencapai volume 9.700 Jam Truck/rit atau setara 54.000 M3 yang menghabiskan dana 1 M rupiah lebih dan sekarang sebagian besar dapat dilihat memenuhi halaman ex terminal Umbulharjo Yogyakarta, selebihnya berada di timur Terminal Giwangan dan pada persil-persil masyarakat yang menghendaki untuk menguruk tanahnya.
Untuk selanjutnya bagaimana nasib puing-puing berserakan tersebut Cak Edi melanjutkan cerita bahwa, untuk puing yang berada di ex terminal Umbulharjo pihak Pemkot/Din.Kimpraswil telah bekerjasama dengan berbagai pihak salah satunya dari FT.UGM yang diwakili oleh Dr Ir.Iman Satyarno,ME guna memanfaatkan sisa-sisa bangunan yang ada, dengan tehnologi sederhana puing-puing tersebut di tumbuk dicampur semen jadilah Bata atau Batako atau sebagai bahan cor dinding/lantai yang bermutu tinggi. Demikian pula dengan PD Anindya yang telah membuat alat �Migunani� sebagai penghancur dan penyampur matrial, dengan alat dan metode ini pembuatan bata maupun batako perhitungan biayanya sangat fisibel. Bahkan dari LPMK Prenggan Kotagede yang mencoba untuk membuat bata/batako sendiri dengan memanfaatkan puing bangunan yang ada, perhitungan biayanya mencapai Rp.118,- per batako, ini menggunakan campuran 1(semen) : 8 (matrial).Demikian Edi Muhammd yang masih sibuk dengan program studi S2. Master Teknik Pembangunan Kota (MTPK) UNDIP Semarang. Bravo untuk Cak Edi.