SRI MARMINING DJATI, KABAG KESMAS DAN PUG SETDA KOTA JOGJA Sebagai pelayan masyarakat, menjalani roda kehidupan baik meniti karier maupun ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, kita harus selalu siap menghadapi tuntutan dan tantangan. Itulah yang menjadi prinsip kehidupan Ir. Sri Marmining Djati, Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarusutamaan Gender, Setda Kota Yogyakarta. Disela-sela rutinitas kesibukannya, Mbak Mining begitu biasa disapa, ayodya menemui di ruang kerjanya yang tertata rapi dan bersih, menceriterakan seputar perjalanan kariernya. Bagaimana selengkapnya dijelaskan dengan bahasa tutur.

Selalu teringat dalam benak pikirannya dan dijadikan prinsip dalam kehidupannya. Ketika itu masih menjadi staf di Dinas Peternakan, Mbak Mining terinspirasi sikap pimpinan yang andhap asor dan lembah manah. �Ibarat mengarungi kehidupan kita harus bisa mengikuti putaran roda kehidupan. Sekarang posisi kita dimana, di bawah, di tengah, berada di atas dan terus berputar. Ketika jadi pimpinan jangan memanfaatkan jabatan, fasilitas, menggunakan kesempatan untuk keperluan pribadi, kalau tidak menjabat lagi bisa legowo. Intinya kita dituntut untuk selalu siap menghadapi kondisi apapun, terang Mbak Mining membuka ceritanya. Ibu dua anak kelahiran Yogyakarta ini, meraih gelar insinyur tahun 1983 dari Fakultas Peternakan UGM. Kemudian hijrah mengadu nasib ke Jakarta bekerja di suatu yayasan yaitu Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia.

Bergabung dengan yayasan inilah, merupakan babak baru memasuki kehidupan dunia kerja. Berangkat pagi hari pulang petang dijalani dan sudah menjadi kebiasaan hidup di ibukota. Penyelesaian pekerjaan dituntut profesional dan target waktu. Selama satu tahun suasana kehidupan di ibukota menyisakan pengalaman dan menempa dirinya. Berbekal pengalaman itulah, meskipun menjadi pegawai negeri sipil tetap profesional dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya. Wanita kelahiran 19 Oktober 1959, pertama kali masuk pegawai negeri sipil tahun 1986 menjadi staf di Dinas Peternakan Kodya Yogyakarta waktu itu. Melamar pegawai negeri awalnya sungguh unik. Betapa tidak, Mbak Mining menuturkan, suatu hari ada bukaan PNS di Propinsi DIY. Pengumuman lowongan itu ada di koran dan di kliping oleh orang tua saya lalu dikirim ke Jakarta.

Waktu itu saya masih bekerja di Jakarta. Jadi mendaftar PNS itu menuruti keinginan orang tua dan ternyata di terima, terangnya. Meniti karier sebagai abdi masyarakat mulai tahun 1990 menjabat Kasubsi Perumusan dan Pengendalian Dinas Peternakan. Tahun 1997 menjabat Kasi Bina Program pada dinas yang sama. Tahun 2001 ada restrukturisasi kelembagaan di pemkot, dipercaya sebagai Kabag TU pada Dinas Pertanian dan Kehewanan. Tahun 2003 dengan jabatan yang sama namun mutasi ke Dinas Pendidikan. Sejak Januari 2006 hingga kini sebagai Kepala Bagian Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarusutamaan Gender, Sekretariat Daerah Kota Yogyakarta. Ketika menjabat sebagai Kabag Kesmas PUG, isteri seorang PNS Propinsi DIY ini menyadari benar akan latar belakang pendidikannya, boleh dibilang berbalik 180 derajat.

Apa itu gender baginya merupakan sesuatu yang baru, namun dengan tetap berprinsip siap menghadapi tuntutan dan tantangan, berbagai kiat ditempuhnya. Membaca dan diskusi terus diasah utamanya mengenai gender. Meski belum seratus persen menguasai gender, banyak mendapat masukan dari berbagai LSM yang peduli gender dan membantu sekali kelancaran tugasnya. Wanita berkulit kuning ini, seraya menjelaskan, pengarusutamaan gender bukan untuk perempuan saja, tapi merupakan salah satu strategi pembangunan yang dilakukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender (baik laki-laki maupun perempuan). Sayangnya kalau kami mengundang koordinasi, dari instansi terkait yang dikirim untuk hadir perempuan, seolah-olah gender konotasinya perempuan, persepsi ini sepertinya harus diluruskan. Harapannya, pengarusutamaan gender bisa dilaksanakan oleh semua pihak, baik masyarakat, lembaga dan pemerintah, dan ini sesuai dengan Inpres 9/2000 tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. (@mix_ss)