Mensikapi pemanasan global yang sekarang menjadi satu isu penting di
dunia, masyarakat haruslah menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik
dalam mengelola dan menjaga alam lingkungan, serta mengembangkan kearifan
lokal sehingga kerusakan alam akan dapat dicegah, Demikian hal ini
disampaikan Walikota Yogyakarta saat memberikan keynote speakernya pada
Pertemuan Regional Organisasi Rakyat Wilayah DIY dan Klaten di Ruang Utama
Atas Balaikota, Selasa (15/1)
”Isu Pemanasan global dunia dan Kerusakan alam yang terjadi di Indonesia
ini merupakan bukti hilangnya kearifan lokal dalam upaya menjaga
kelestarian alam, sehingga perlu ditanamkan kembali nilai-nilai dalam
kehidupan sebagai bentuk kearifan lokal yang merupakan modal penting yang
harus dikembangkan untuk menjaga alam dalam menciptakan masyarakat sehat
secara menyeluruh.” Kata H. Herry Zudianto.
Diharapkan pula gagasan dan ide-ide yang muncul dalam pertemuan regional
ini dapat melengkapi dan menjadi masukan bagi Pemerintah Kota Yogyakarta
terkait penanganan perubahan iklim.
Pertemuan ini diikuti oleh 30 organisasi rakyat mitra Communiti
Development RS Bethesda yang tersebar di 5 wilayah Kabutapen/Kota di DIY
ini akan merumuskan isu-isu strategis terkait dengan pemanasan global,
terutama bagaimana menciptakan sistem iklim yang berkeadilan yang berbasis
pada masyarakat.
Sementara itu Direktur RS Bethesda dr Sugiyanto, PHd dalam sambutannya
yang dibacakan oleh Wakil Direktur Heru Adiprasetya mengatakan, rencana
aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim saat ini belum memuat peta
kerentanan tiap daerah yang disusun secara alami.
Bila kerentanan tidak segera dipetakan, tidak menutup kemungkinan
Indonesia yang menduduki peringkat 3 paling beresiko terhadap perubahan
iklim nantinya dapat menempati urutan pertama.
Menurutnya, Munculnya bencana banjir, tanah longsor dan gelombang pasang
tidak lepas dari dampak perubahan iklim, sementara dalam jangka panjang
akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti penyebaran infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA), bronkitis, asma dan bisa menimbulkan
korban tewas karena stress panas.
Sedangkan Ketua Panitia Pertemuan Regional Organisasi Rakyat Edi Haryanto
mengatakan, pertemuan yang bertema ” Iklim berkeadilan harus berbasis
masyarakat” akan berlangsung 3 hari, selain merumuskan isu-isu terkait
pemanasan global, juga untuk menciptakan sistem iklim yang berkeadilan
yang berbasis masyarakat, termasuk memposisikan rakyat bukan sebagai obyek
dari program dunia tentang antisipasi perubahan iklim.