PULUNG  SUROYO, ANTARA  SENI  DAN  TUGAS  DI KANTOR KEBAKARAN

Jam pada saat itu menunjukan 02.20 WIB Hand Phone (HP) Pulung Suroyo berbunyi. Tatkala orang tidur nyenyak terbuai mimpi, seorang Pulung dengan langkah pasti manuju Tempat Kejadian Perkara (TKP). Rupanya pesan yang disampaikan lewat HP tadi merupakan perintah dari pimpinan untuk menjalankan tugas memadamkan api yang membakar dikawasan padat penduduk di Kota Yogyakarta. Ilustrasi tersebut merupakan sekilas tugas pokok dari seorang yang berprofesi sebagai petugas pemamadam kebakaran seperti Pulung Suroyo. Sekalipun dari kecil tidak bercita-cita menjadi petugas pemamadam kebakaran, namun Pulung kecil diharapkan orang tuanya menjadi seorang yang besar. Dibesarkan dikalangan seniman dalang, tidak menyurutkan Pulung untuk tetap mengabdi di Pemerintah.

            Pulung mengawali karirnya di pemerintah Kota Yogyakarta dari tahun 1979 sebagai tenaga honorariun di Binmas ( Bimbingan masyarakat ) pada Dinas Pertanian, tahun 1981 CPNS di Dinas Pertanian, Tahun 1988 menjadi karyawan pada saat itu Dinas Pekerjaan Umum ( DPU ) bagian pertamanan, dan mulai Tahun 1990 sampai sekarang di Kantor Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran Kota Yogyakarta, sebagai Kepala Seksi Operasional. Pria kelahiran Yogyakarta tanggal 9 September 1953 ini selain dikenal sebangai penjinak si jago merah dikenal juga sebagai seniman musik. Bermain musik menurut Pulung, merupakan panggilan hati nurani. Namun bagaimana menyatukan antara tugas dan hobby tidak bertabrakan bagi Pria yang tinggal di jalan Mataram DN I/313 ini tidaklah sulit, apabila diundang bermain musik untuk meramaikan suatu perhelatan, Pulung tetap memberikan keterangan kepada pimpinan, dan apabila ada terjadi sesuatu tugas yang harus segera diselesaikan, Pulung tetap akan meninggalkan pesta tersebut untuk melaksanakan tugas. “ Namun saya selalu menyampaikan laporan kepada pimpinan, apabila ada tugas yang bisa diwakilkan, saya wakilkan, jadi tugas tidak terbengkelai. Tugas jangan sampai digangu seni, dan sebaliknya seni jangan dicampur adukkan dengan tugas,” kata suami Teresia Parwati

            Menurut bapak dua anak yang semuanya kuliah di UGM ini, menjalankan tugas sebagai penjinak api, banyak kejadian-kejadian yang yang memilukan, diantaranya kebakaran hebat yang terjadi kurun waktu satu dasawarsa terakhir. Seperti halnya kebakaran di Empire bioskop yang menelan korban hingga 15 orang, supermaket Herro, Bioskop Regent, Mirota Batik, serta untuk tahun ini pabrik kulit Budhi Makmur. Untuk kerja menangani api yang paling berhasil menurut Pulung, adalah mengevakuasi kebakaran di Budhi Makmur, karena selain bangunan pabriknya dari kayu yang mudah terbakar, didalamnya terdapat kulit yang mangandung bahan kimia yang tentunya mudah terbakar pula, Pulung beserta teamnya dapat mengevakuasi dan menyelamatkan isi gudang, serta menyelamatkan separo dari pabrik tersebut tidak terbakar. Guna mengevakuasi api diperlukan personil yang cakap. Para personil ini telah disekolahkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta di Surabaya serta Jakarta untuk mendapatkan ketrampilan-ketrampilan dalam menjinakan api. Untuk tenaga honorer, pihaknya menggembleng sendiri tenaga tersebut agar mahir sesuai yang diharapkan. Penggemblengan-penggemblengan yang dilakukan diantaranya cara-cara mengevakuasi korban kebakaran serta yang baru-baru ini dilakukan simulasi mengevakuasi korban bencana alam khususnya banjir.

            Kiat-kiat untuk mencegah bahaya kebakaran menurut pria paro baya ini, telah dilakukan sosialisasi baik melalui penyuluhan langsung di warga masyarakat tingkat Kelurahan dan Kecamatan,  lewat ibu-ibu PKK, Karang Taruna,  juga melalui radio. “Sosialisasi yang kita berikan langsung kepada masyarakat, bagaimana menangani kebakaran 3 menit awal. Apabila tiga menit awal tidak bisa dikendalikan akibatnya akan fatal. Sebab-sebab kebakaran yang sering terjadi biasanya warga menilai dari arus pendek atau konsleting, dari sini warga kita ajak memeriksa kabel tersebut apakah sudah layak apa belum, masih layak apa tidak, apabila tidak layak hendaknya untuk segera diganti, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan, kemudian pencegahan dapat dimulai dari diri kita sendiri, mulai dari mengisi kompor minyak tidak dalam keadaan menyala, merokok sambil tiduran, dan sebagainya, sebab lebih baik mencegah daripada menanggulangi,” kata dia.

            Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesejahteraan Sosial telah memberikan bantuan korban kebakaran yang telah disesuaikan dengan taksasi, hal ini menurut Pulung suatu tindakan yang luar biasa, sebab belum ada bantuan semacam yang diberikan oleh Pemerintah daerah lain. Bantuan yang diberikan akan memperingan beban korban, untuk membangun kembali bangunan yang terbakar. Bantuan tidak dilihat dari besar kecilnya, akan tetapi kepedulian Pemerintah yang telah memperhatikan warganya.

            Anggapan profesi sebagai petugas pemadam kebakaran yang kurang diminati oleh anak-anak muda tidak menjadikan kecil hati bagi Pulung, karena pihaknya telah bekerjasama dengan sekolah taman kanak-kanak ( TK )untuk mengenal lebih jauh tentang profesi sebagai petugas pemadam kebakaran. “ Kita telah banyak menerima kunjungan dari TK se Kota Yogyakarta, bahkan dari luar daerah, kita juga mengadakan pakaian pemadam kebakaran kecil agar anak tersebut mengenal lebih jauh tentang profesi ini. Selain kita memberikan contoh pakaian, anak-anak kita ajak keliling kota mengendarai mobil pemadam. Hal ini sesusi dengan keinginan Bapak Walikota Yogyakarta agar memberikan pengetahuan secara dini bagi anak-anak tentang petugas pemadam api. Guna mendukung harapan Bapak Walikota tersebut, saya berharap nantinya ada tempat khusus yang lebih strategis untuk memberikan pengetahuan kepada anak-anak TK, ” tandas pengagum Koes Plus ini.

            Guna mengatisipasi terjadinya kebakaran diharapkan warga masyarakat untuk lebih hati-hati malakukan aktifitasnya yang dapat menimbulkan kebakaran. Selain itu diharapkan setiap pos jaga/gardu untuk kembali meberikan fasilitas tradisional pencegah kebakaran, yakni ganthol ( sebagai pemutus api ), gepyok ( pemadam api bagian atas ) dan karung goni ( pemadam api bagian bawah ). Alat tradisional ini sangat efektif untuk memadamkan api, apabila terjadi kebakaran. ”Cara kerja Ganthol ini untuk memutus api, agar jangam merembet, gepyok untuk memadamkan api yang sulit dijangkau, serta karung goni ini kita basahi dan ditutupkan pada kobaran api, “ jelas Bapak Khatarina Yosi Arnisthesa dan Stefani Diesta Adventina(and).