Seminar Satu Abad Kebangkitan Nasional : Merajut Potensi Untuk Kejayaan Negeri

Dalam rangka merefleksi satu abad Kebangkitan Nasional, Panitia
Kebangkitan Nasional Pemda Propinsi DIY bekerjasama dengan Kagama
menyelenggarakan seminar Satu Abad Kebangkitan Nasional bertajuk “ Merajut
Potensi Untuk Kejayaan Negeri” Sabtu (29/3) di Balaikota Yogyakarta.
Seminar menghadirkan pembicara Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto, SE
Akt. MM dan Danrem 072/Pamungkas Kol. ARM Ir. Drs. Subekti, M.Sc.MPA,
dengan moderator Aulia Reza, dihadiri oleh sekitar 100 orang dari unsur
organisasi pemuda, karang taruna, tagana, LSM, organisasi keagamaan dan
tokoh masyarakat.
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto menyampaikan bahwa rasa senasib
sebagai bangsalah yang melandasi berdirinya Budi Utomo maupun Sumpah
Pemuda. Semangat kesadaran bersama sebagai bangsa dan kesadaran bahwa
perjuangan tidak dapat dilakukan sendiri atau secara kelompok tapi harus
terorganisir melibatkan seluruh komponen bangsa. Dilanjutkan dengan
deklarasi Sumpah Pemuda dengan kesadaran kebhinekaikaan, namun
kebhinekaikaan tersebut menjadi semangat komitmen bersama untuk
menjadikan satu tanah air, satu bangsa, satu bahasa. Perjalanan sejarah
berlanjut dengan diproklamasikannya kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus
1945, wawasan nusantara dan nasionalisme tertuang jelas dan dalam
Pembukaan UUD 1945 tertuang tujuan negara.
“Kadang kita menjadi bangsa yang tidak belajar sejarah tapi dendam
terhadap sejarah. Satu kesalahan implementasi menjadi sesuatu yang
seluruhnya jelek. Kita jarang membicarakan Pancasila karena apriori
terhadap doktrin P4, padahal Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila yang
menjadikan kita tetap menjadi satu. Adakah yang lebih kuat dari kedua hal
itu? . Pancasila, dari Ketuhanan Yang Maha Esa hingga Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Bangsa Indonesia, sangat hirarkis dari konsepsi ketuhanan hingga
konsepsi kemanusiaan menjadi pandangan hidup berbangsa dan bernegara.
Dalam Pembukaan UUD 1945 jelas tercantum tujuan kemerdekaan NKRI. Selama
hampir 63 tahun merdeka kita menyadari apa yang menjadi cita-cita bangsa
belum tercapai, harus kita akui. Ada 3 periode perjalanan bangsa, yaitu
periode Orde lama 20 tahun, orde baru 32 tahun dan reformasi 10 tahun.
Masalah kesejahteraan, masalah perlindungan, masalah keadilan sosial masih
banyak dipertanyakan juga masalah kedaulatan negara kita, sumbangsih kita
kepada bangsa-bangsa lain juga masih dipertanyakan. Harapan saya janganlah
kita menjadi dendam, cenderung dendam pada sejarah tetapi kita harus
belajar kegagalan-kegagalan baik dari orde lama, orde baru, hal-hal yang
positif baik dari orde lama maupun orde baru perlu kita pertahankan dan
kita juga perlu instropeksi apa yang perlu kita benahi di era reformasi
ini ” demikian disampaikan Walikota.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia
mempunyai musuh bersama yaitu penjajahan, semangat bersatu menghadapi
musuh tersebut membuat bangsa Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Era
globalisme ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan baik
dibidang ekonomi,sosial,budaya ketahanan dan keamanan. Perlu dibangkitkan
semangat bersatu dalam menghadapi tantangan yang ada sehingga cita-cita
bangsa Indonesia dapat tercapai. Kita juga perlu mengetahui ancaman dan
peluang yang ada. Adapun ancaman yang ada antara lain bahaya alam (misal
pemanasan global, gempa bumi banjir dsb), bahaya ekonomi (misal krisis
energi, krisis moneter, ledakan penduduk), bahaya sosial (misal
separatisme, konflik etnik/agama, radikalisme, narkoba, perdagangan
manusia dsb). Peluang di era globalisasi adalah sebagai pusat industri
Asia Pasifik berbasis sumberdaya alam (pangan, tambang dsb) dan pusat
pariwisata berbasis alam; karena potensi bangsa Indonesia yang kaya akan
sumber daya alam dan letak geografis yang strategis. Dengan diketahuinya
ancaman dan peluang, akan memudahkan kita dalam melangkah.
Danrem 072/Pamungkas, Koloner Arm Subekti menyampaikan strategi membangun
kekuatan pertahanan keamanan guna mendukung pengelolaan sumberdaya alam.
Beberapa masalah yang berpengaruh terhadap ketahanan dan keamanan
khususnya di DIY antara lain adanya degradasi terhadap pemahaman ideologi
Pancasila, degradasi rasa bangga menjadi bangsa Indonesia cinta tanah air
dan nasionalisme, belum diberdayakannya secara maksimal potensi pantai dan
laut, keberadaan sebagai kota wisata dan pendidikan yang perlu
dipertahankan, drug traffiking, terorisme, bencana alam, kemiskinan.
Strategi yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan kemampuan deteksi
dini dan lapor cepat, peningkatan kemampuan manajemen teritorial,
peningkatan kemampuan penguasaan wilayah, komunikasi sosial, meningkatkan
kewaspadaan nasional.