DISKUSI : MENGGALI POTENSI JERON BETENG YOGYAKARTA

Kota Yogyakarta dipenuhi dengan berbagai jejak kebudayaan kasat mata
(tangible heritage) yang terwujud dalam berbagai bangunan dan situs cagar
budaya dan budaya yang tidak kasat mata (intangible heritage) yang dapat
dikenali dalam berbagai bentuk ketrampilan tradisional seperti perajin
perak, batik, blangkon dan berbagai upacara tradisonal yang masih
berlangsung. Ironisnya, serbuan ekonomi moderen dengan kapitalisme
globalnya telah banyak menghilangkan begitu saja berbagai sejarah budaya
yang menjadi kekuatan aset pariwisata kota Yogyakarta.
Demikian ungkap, Ir. Dharma Gupta,IAI, Arsitek dan Wakil Ketua Jogja
Heritage Society pada acara Focus Group Discussion dengan tema
“Pengembangan Kawasan Jeron Beteng sebagai Kawasan Wisata Budaya” yang
diselenggarakan Dinas Pariwisata Seni dan Buya Kota Yogyakarta, Rabu (
23/4) di Gedung Pertemua Sido Mukti Yogyakarta.
Dikatakan, hilangnya berbagai bangunan bersejarah di Yogyakarta, akibat
diorobohkan guna dibangun bangunan baru. “Kondisi ini sebenarnya lebih
banyak disebabkan cara pandang yang sempit tentang kebudayaan itu
sendiri. Kebudayaan beserta segala produk budayanya sering dianggap
sebagai benda mati semata. Akibatnya ditenagh kondisi yang permisif dan
bertolok ukur serba materi, maka kebudayaan dianggap sebagai sector yang
hanya menghabiskan anggaran,” jelas Dharma.
Dharma menambahkan kawasan Jeron Beteng harus diakui telah terjadi
pergeseran struktur tatanan ruang dan sosal kemasyarakatan. Namun menurut
pengamatannya Jeron Beteng, merupakan kawasan yang belum terlalu banyak
terkontaminasi oleh laju mesin ekonomi moderen dan paling mungkin untuk
direvitalisasi, guna menemukan kembali aura budaya kota Yogyakarta.
Dharma Gupta menggarisbawahi agar berbagai jejak sejarah budaya yang
dimiliki tetap lestari keberadaanya dan dikemas sehingga layak dijual dan
diminati para konsumennya adalah dengan melakukan mekanisme heritage
investment yang ditindaklajuti dengan heritage management secar
komprehensif dan berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Hal yang perlu diperhatikan antara lain, perlu
adanya satu kesatuan pemahaman dan kesadaran bersama bagi seluruh
pemangku kepentingan. Para pelaku lapangan di sektor kebudayaan harus
sepenuhnya menyadari bahwa kunci keberhasilan manajemen asset budaya
terletak pada tetap lestarinya aset itu sendiri, dan masyarakat umum yang
secara tidak langsung akan memperoleh dampak multiplier effect secara
ekonomi atas pemberdayaan asset tersebut.
Pembicara lain, Habib Bari, seorang budayawan mengatakan Kota Yogyakarta
tidak memliki tambang emas ataupun lainnya yang dapat mensejahterakan
rakyatnya. Yang ada menurutnya adalah tambang kebudayaan dan kesenian.
Tambang kesenian dan budaya ini menurut Habib Bari dijaga keselamatannya
karena selain akan memberikan warna harkat dan martabat manusianya,
kebudayaan dan kesenian bias menjadi tambang yang memberikan
kesejahteraan bagi warganya.
Habib Bari menyebutkan di kawasan Jeron Beteng selain Kraton sendiri
ada beberapa aset yang harus digarap unutk dijadikan aset wisata seperti
Alun-alun Kidul yang menampilkan atraksi MASANGIN ( Masuk diantara dua
beringin) dan atraksi naik gajah. Juga terdapat Dalem Purwadiningratan,
Taman Sari, Plengkung Wijilan dengan wisata kulinernya, Ratawijayan,
Kadipaten Kidul dengan wisata belanja kaos gaya Jogja, dan juga banguan –
banguna lain. Kawasan Jeron Beteng juga menawarkan beberapa kerajinan
seperti tatah wayang, batik lukis dan lain-lain.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Yogyakarta, H. Hadi Muchtar SE, MM
berharap acara Focus Group Discussion dapat mengahasil sebuah rekomendasi
penting yang dapat dijadikan acuan untuk menggali dan memaksimalkan
potensi yang dimiliki kawasan Jeron Beteng, sehingga kegiatan
kepariwisataan di kawasan Jeron Beteng dapat lebih memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan kepariwisataan di kota Yogyakarta dan juga untuk
mensejahterakan warga sekitarnya dan Yogyakarta pada umunya.
Acara ini dihadiri oleh berbagai komponen masyarakat yang berkecimpung di
bidang Pariwisata, Akademisi, dan para pelaku pariwisata yang ada di
lingkungan Jeron Beteng. (@mix)