RAYAKAN  ULANG TAHUN KOTA JOGJA KE 252 , WALIKOTA ADAKAN RENUNGAN MALAM

Lebih  dari 500 karyawan Pemerintah Kota Yogyakarta dengan berpakaian serba putih , Selasa malam (07/10) memadati taman Air Mancur, Balaikota Yogyakarta. Kedatangan mereka untuk menghadiri  acara Malam Renungan Hari Ulang Tahun ke 252 Kota Jogja yang jatuh pada tanggal 7 Oktober 2008.

Dalam suasana hening dan penuh kontemplatif serta hanya diterangi  cahaya lampu minyak (teplok) para karyawan khusuk memanjatkan  doa bersama  yang dihantarkan oleh tiga orang perwakilan dari tiga agama yang berbeda. Drs. Nazarudin  mewakili karyawan beragama Islam, Dra. Maria Kanisia Pontjosiwi Warsikensi mewakili karyawan bergama Katolik, dan Drs. Harya Yudho mewakili karyawan beragama Kristen Protestan. 

 
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dalam orasinya mengajak  para karyawan Pemkot untuk memanjatkan syukur  atas segala nikmat yang telah telah memberi penghidupan kepada semua orang  yang ada dan mengabdi bagi Kota Jogja. Walikota juga mengajak semua karyawan untuk merenungkan apa telah diberikan apa yang akan dilakukan bagi kota Jogja. 

Dikatakan, kalau dilihat berdasarkan KTP atau domisili banyak karyawan Pemkot Yogyakarta  bukanlah  warga Jogja. Meskipun demikian  semua melakukan demi kemajuan kota Yogyakarta. “ Saya sering selalu bicara siapakah orang Jogja itu ? Bagi saya orang Jogja adalah siapapun dia, dari suku, agama maupun komponen mana  atau domisili dimanapun  kalau dia mencintai kota ini  dan berbuat sesuatu untuk kota Jogja maka dialah sesungguhnya disebut Wong Yogyakarta,” ungkap Walikota.

 Menurut Walikota semua karyawan Pemerintah Kota  Yogyakarta  pantas disebut sebagai orang Yogyakarta karena mereka telah mengabdikan dirinya demi kemajuan kota Yogayakarta. Walikota juga menambahkan pengabdian yang diberikan hendaknya dianggap sebagai sedekah yang tulus bagi kota Yogyakarta dan hal ini harus terus disyukuri. Dirambahkan di dalam kehidupan yang syarat dinamika ini, cita-cita untuk mewujudjkan masyarakat sejahtera , maju sangat membutuhkan aparatur negara yang tanggap dan didasari motivasi yang kuat  untuk melayani.
 
Berkaitan dengan HUT Kota ke 252  Walikota mengatakan ada kegamangan  dari sebagian masyarakat terhadap masalah keistimewaan  Yogyakarta. Menurut Walikota keistimewaan tidak tergantung pada siapapun  tetapi bergantung pada rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta itu sendiri.
 
“ Definisi istimewa berarti bisa menjadi contoh , menjadi suri tauladan, bisa menjadi panutan dan pantas untuk dipuji. Itulah hakekat  sesungguhnya  istimewa.,” ungkap Walikota. Walikota mempertanyakan apakah semua komponen yang ada di Yogyakarta seperti, pemerintah, masyarakat, media, juga lembaga lain  dan organisasi masyarakatnya  layak untuk menjadi contoh dan acungan jempol bagi rakyat dan pemerintah di daerah lain di seluruh nusantara. 
 
Walikota berharap kedepan  melalui keturunan  Hamengku Buwono (HB)  I  dengan tokoh utama Sri Sultan HB IX  dan diteruskan ke Sri Sultan HB X tetap menjadi istimewa.
 
“ Saya berharap melalui keturunan  Hamengku Buwono (HB)  I  dengan tokoh utama Sri Sultan HB IX  dan diteruskan ke Sri Sultan HB X.akan menghantarkan dan menggerakan hati, serta pikiran kita  untuk bertekad bulat , menyatukan pandangan, visi,  bahu membahu, “saiyeg saeko proyo” kita harus  tetap jadi  istimewa. Istimewa bagi Negara kesatuan Republik Indonesia,” tegas Walikota.
 
Usai memberikan orasi Walikota membacakan  puisinya yang berjudul “ Lingkar Persaudaraan”. (@mix)