WARGA JOGOYUDAN OLAH SAMPAH DENGAN METODE TAKAKURA
Persoalan sampah yang senantiasa dihadapi oleh perkotaan tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun masyarakat selaku salah satu produsen sampah rumah tangga, seharusnya senantiasa ikut membantu mengurangi jumlah sampah yang ada. Begitu pula dengan warga dan kelompok PKK RW 11 Jogoyudan Kelurahan Gowongan, mereka mengembangkan pemilahan dan pengolahan sampah dengan metode komposter Takakura. Program ini dikembangkan oleh Pokja III TP PKK Kelurahan Gowongan yang Ketuai oleh Ibu Yuli Sukarno, SE yang membidangi pembanguna bidang sandang, pangan dan papan termasuk pengelolaan lingkungan, untuk wilayah RW 11 Jogoyudan progam pemilahan sampah dan pengolahan dengan komposter Takakura di prakarsai oleh Ibu Dra Agnes M selaku aktifis PKK.
Dalam keterangannya, Ibu Agnes menjelaskan, program pemilahan sampah yang telah dilaksanakan selama 4 bulan ini membawa banyak dampak positif, disamping membantu pengurangan volume sampah juga menghasilkan secara ekonomis karena hasil pemilahan sampah yang berupa kertas dan plastik dapat dijual. “Dari hasil penjualan sampah plastik dan kertas yang kami kumpulkan selama ini bisa menghasilkan uang yang lumayan, ada sekitar Rp 400 ribu, yang pada awalnya saya mentarget seminggu dapat Rp 5000,-, tapi setelah dijual ternyata hasilnya malah lebih banyak” Kata Ibu Agnes.
Lebih lanjut dijelaskan, sampah plastik yang bisa dijual antara lain bekas botol air mineral, minuman ringan, sedangkan sampah kertas antara lain, koran, bungkus snack, kertas fotokopi atau folio. Harga perkilo sampah kertas dan plastik saat ini antara Rp 400,- s.d. Rp 2.000. Untuk pemilahan sampah, di setiap rumah di wilayah Jogoyudan menyiapkan 3 kantong/tas untuk pewadahan sampah kering (plastik, kertas, logam dan kaca). Sampah plastik, kertas dan lainnya dimasukkan ke tas/kantong yang telah disediakan. Setelah penuh nanti, sampah yang bisa dijual dikumpulkan dan sudah ada yang mengepul, atau diberikan kepada pemulung, jadi secara tidak langsung kami juga bersodaqoh, artinya, pendapatan pemulung semakin meningkat, dan pemulung semakin sehat karena tidak usah mengorek-orek tempat sampah. Setelah dipilah, sampah organik yang terkumpul oleh sebagian besar masyarakat Jogoyudan diolah menjadi kompos dengan metode Takakura dari Jepang, metode ini menurut Ibu Agnes cukup mudah, alat dan bahan yang digunakan juga mudah didapat.
Untuk membuat kompos tinggal menyiapkan keranjang plastik ukuran panjang 45cm, lebar 33cm dan tinggi 43 cm, kardus bekas untuk melapisi sisi-sisi dalam keranjang, siapkan sekam padi dalam wadah plastik, tebal sekam 10-15 cm dari dasar keranjang, dan masukkan bantalan sekam kemudian kompos jadi (kompos siap pakai) ke dalam keranjang Takakura setebal 15-20 cm dari bantalan sekam. Selanjutnya, komposter Takakura siap dipakai. Sisa-sisa makanan dan sayuran dipotong kecil-kecil lalu dimasukkan kedalam keranjang, kemudian diaduk dan dicampur dengan kompos yang sudah jadi, usahakan semua sampah tertibun kompos. Untuk mempercepat proses pengomposan, media dalam komposter Takakura tidak boleh terlalu kering, untuk itu apabila dirasa kering ditambahkan air atau larutan EM 4 secukupnya, namun jangan terlalu basah. Selanjutnya tutup kembali keranjang dengan bantal sekam dan tutup keranjang. Pembuatan kompos dengan metode takakura ini memakan waktu sekitar 1 bulan, setelah dirasa jadi langsung dipisahkan antara yang sudah mengurai dengan yang masih menggumpal dengan saringan dari kawat strimin. (hg)