PASAR DALAM TAMAN AKAN HADIR DI JOGJA
Mulai tahun 2009 nanti Pasar Tradisional di Kota Yogyakarta akan bersolek diri. Lingkungan Pasar tidak akan ada lagi tempat penampungan sampah sementara (TPS), sehingga wajah pasar lebih menarik, dan tidak bau sampah. Bekas tempat sampah yang beratap akan digunakan sebagai gudang alat kebersihan, sedang bekas tempat sampah yang tidak beratap akan dijadikan sebuah taman. Sehingga pasar tradisional akan menjadi bersih, tertib dan teratur.
Sampah sebagai salah satu sumber kekumuhan di pasar tradisional akan dikelola lebih baik lagi dengan upaya daur ulang. Menurut Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Ahmad Fadli, dalam jumpa pers Jumat (14/11) di Balaikota, 70% sampah di pasar tradisional tergolong sampah organik dari sisa buah dan sayur, selebihnya 30% adalah sampah anorganik. Pilot project pengelolaan sampah ada di Pasar Lempuyangan dan Pasar Giwangan. Di kedua pasar ini akan ditempatkan 2 tempat sampah sehingga pedagang dan pengunjung pasar dapat langsung memilahkan antara sampah organik dan anorganik. ”Untuk itu perlu dilakukan penyadaran terhadap para pedagang dan komunitas pasar lainnya,” tandas Fadli. Jika sudah terpilah sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos dan yang anorganik akan didaur ulang.
Pendek kata, pasar-pasar tersebut akan dijadikan ’Pasar Dalam Taman’ sebagai buah keberhasilan jargon ’Jogja Kota Dalam Taman’ yang telah menunjukkan wajah Kota Jogja yang bersih dan hijau. Akan ada lebih banyak lagi pepohonan di dalam pasar, beberapa diantaranya akan dibuat pergola dan taman-taman. Sehingga di dalam pasar akan cukup oksigen, dengan demikian udara menjadi lebih bersih dan nyaman.
Memberikan pelayanan yang maksimal kepada pedagang, Dinas Pengelolaan Pasar akan menyediakan loket pembayaran KPPR (Kartu Penetapan Dan Pembayaran Retribusi Pasar). KPPR sebagai pengganti karcis retribusi ini merupakan upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mempermudah pedagang dalam memiliki dan menyimpan bukti pembayaran retribusi yang akurat sehingga dapat dilakukan pencocokan dengan petugas bila terjadi perbedaan sekaligus merupakan efisiensi dan efektifitas dalam kinerja pengelolaan retribusi pasar baik dari sisi biaya, kemudahan dalam memilah, penyimpanan dan mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pemungutan retribusi.
Dengan adanya loket ini petugas tidak perlu lagi mendatangi pedagang setiap hari, dan pedagang juga lebih nyaman karena dapat melakukan pembayaran KPPR seminggu sekali ataupun sebulan sekali. Untuk pertama kalinya loket akan disediakan di Pasar Klitikan Pakuncen. Mempercepat pelayanan dan meningkatkan semua aktifitas pengelolaan pasar agar lebih baik dan lebih dinamis, kelembagaan pasar juga akan dikembalikan seperti masa lampau dengan adanya Lurah Pasar dan Carik Pasar. Lurah dan Carik merupakan koordinator wilayah di setiap pasar tradisional
Usaha jasa juga menjadi perhatian tersendiri bagi Dinlopas, selama ini ragam usaha jasa hanya terbatas hanya jasa jahit, sol sepatu, ke depan akan dikembangkan ragam jasa ini mengikuti kebutuhan konsumen, misalnya jasa titipan kilat, ticketing, ATM dsb. SDM para pedagang juga tak luput menjadi sorotan Dinlopas. Dinlopas akan memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada para pedagang agar mereka juga menguasai kepintaran dalam administrasi keuangan.
Usaha untuk melakukan promosi Pasar Tradisional ini juga akan lebih gencar dilakukan. Agar pasar tradisional tidak ditinggalkan oleh masyarakat Jogja, promosi akan dilakukan pada anak-anak usia dini hingga remaja dan dewasa dalam berbagai kegiatan, diantaranya lomba mewarnai menggambar, lomba foto, bahkan fashion show di tengah pasar.
Ditambahkan oleh Fadli, saat ini juga telah dibuka hotline service ASIK (Aduan Saran Informasi dan Keluhan) di nomor (0274) 9350007 yang memberikan layanan seputar Pasar Tradisional.. (ismawati)