SIMULASI BENCANA
Tiba waktunya musim penghujan menjadikan rawan bencana banjir ditambah dengan transisi pancaroba yang menimbulkan angin ribut/puting beliung. Maka perlu sikap kesiapsiagaan dari masyarakat untuk mengantisipasi maupun menanggulangi kejadian bencana yang datangnya tidak terduga.
Sebagai tindakan antisipasi, Kantor Perindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran (KPMPK) Kota Yogyakarta mengadakan simulasi penanggulangan bencana tahun 2008 supaya lebih efisien dan efektif serta terampil dalam melakukan tindakan darurat pasca bencana. Kegiatan tersebut berlangsung di pinggir Sungai Winongo Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedong Tengen Rabu (3/12). Berbagai unsur masyarakat yang terdiri dari aparat Kecamatan Gedong Tengen, Kelurahan Pringgokusuman, TNI, Polri, Karang Taruna, PKK dan segenap warga pinggiran sungai Winongo mengikuti kegiatan ini.
Menurut Kepala KPMPK Kota Yogyakarta, Sudarsono aparat Linmas dan PBK telah melaksanakan tugas yang berkaitan dengan bencana dan penanggulangannya seperti melakukan evakuasi saat terjadinya banjir di Kali Gajah Wong dan Kali Mambu, hingga angin puting beliung yang baru-baru ini terjadi di wilayah UGM, Gayam dan sekitarnya. Dari pengalaman tersebut diharapkan simulasi ini dapat dilaksanakan dengan kesungguhan sebagai bekal bagi masyarakat Yogyakarta karena terbukti bencana alam telah terjadi. Skenario simulasi ini didahului dengan pemberian tindakan darurat pada korban banjir terutama pada masyarakat pinggiran sungai dan akan diakhiri dengan penanggulangan bencana kebakaran. Kegiatan ini secara rutin diangggarkan oleh pemerintah dalam APBD, karena persiapan dan kewaspadaan merupakan faktor yang paling penting untuk menanggulangi bencana.
Dalam sambutannya Wakil Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti mengungkapkan bahwa keterlibatan masyarakat adalah yang utama. Yaitu tentang bagaimana menyiapkan masyarakat, aparat wilayah, dan tenaga medis untuk evakuasi dan penanganan korban. Saat adanya bencana biasanya panik dan sulit berkoordinasi, tetapi dengan adanya simulasi, segenap kekuatan akan dapat diarahkan menjadi satu titik. Dalam skenario simulasi ini ada pihak yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, seperti adanya maling yang menggondol barang saat warga mengungsi, seharusnya menjadi bagian dari kesiapan aparat dan masyarakat. Kalau tak ada sosialisasi maka tidak pernah siap dan waspada. Penanggulangan bencana juga dapat dilakukan dengan mengenali potensi bencana, mengenali keadaan lingkungan tempat tinggal sehingga dapat melakukan persiapan awal secara mandiri oleh masyarakat.(byu)
Sebagai tindakan antisipasi, Kantor Perindungan Masyarakat dan Penanggulangan Kebakaran (KPMPK) Kota Yogyakarta mengadakan simulasi penanggulangan bencana tahun 2008 supaya lebih efisien dan efektif serta terampil dalam melakukan tindakan darurat pasca bencana. Kegiatan tersebut berlangsung di pinggir Sungai Winongo Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedong Tengen Rabu (3/12). Berbagai unsur masyarakat yang terdiri dari aparat Kecamatan Gedong Tengen, Kelurahan Pringgokusuman, TNI, Polri, Karang Taruna, PKK dan segenap warga pinggiran sungai Winongo mengikuti kegiatan ini.
Menurut Kepala KPMPK Kota Yogyakarta, Sudarsono aparat Linmas dan PBK telah melaksanakan tugas yang berkaitan dengan bencana dan penanggulangannya seperti melakukan evakuasi saat terjadinya banjir di Kali Gajah Wong dan Kali Mambu, hingga angin puting beliung yang baru-baru ini terjadi di wilayah UGM, Gayam dan sekitarnya. Dari pengalaman tersebut diharapkan simulasi ini dapat dilaksanakan dengan kesungguhan sebagai bekal bagi masyarakat Yogyakarta karena terbukti bencana alam telah terjadi. Skenario simulasi ini didahului dengan pemberian tindakan darurat pada korban banjir terutama pada masyarakat pinggiran sungai dan akan diakhiri dengan penanggulangan bencana kebakaran. Kegiatan ini secara rutin diangggarkan oleh pemerintah dalam APBD, karena persiapan dan kewaspadaan merupakan faktor yang paling penting untuk menanggulangi bencana.
Dalam sambutannya Wakil Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti mengungkapkan bahwa keterlibatan masyarakat adalah yang utama. Yaitu tentang bagaimana menyiapkan masyarakat, aparat wilayah, dan tenaga medis untuk evakuasi dan penanganan korban. Saat adanya bencana biasanya panik dan sulit berkoordinasi, tetapi dengan adanya simulasi, segenap kekuatan akan dapat diarahkan menjadi satu titik. Dalam skenario simulasi ini ada pihak yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, seperti adanya maling yang menggondol barang saat warga mengungsi, seharusnya menjadi bagian dari kesiapan aparat dan masyarakat. Kalau tak ada sosialisasi maka tidak pernah siap dan waspada. Penanggulangan bencana juga dapat dilakukan dengan mengenali potensi bencana, mengenali keadaan lingkungan tempat tinggal sehingga dapat melakukan persiapan awal secara mandiri oleh masyarakat.(byu)