DIALOG INTERAKTIF PENATAAN MALIOBORO DIGELAR DI KELURAHAN SOSROMENDURAN
Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan Malioboro maka secara rutin dilakukan pemetaan inventarisasi masalah. Masalah diketahui dengan melakukan peninjauan yang ditindaklanjuti dengan mengadakan pertemuan komunitas Malioboro. Untuk itulah pada hari Minggu (7/12) bertempat di Aula Kelurahan Sosromenduran dilaksanakan dialog interaktif tentang Penataan Kawasan Malioboro. Pertemuan tersebut dihadiri Wakil Walikota, perwakilan instansi terkait, segenap tokoh masyarakat Malioboro, Ketua LPMK dan komunitas PKL.
Menurut Camat Gedongtengen, Zenni Lingga, Kota Yogyakarta tak punya sumber daya alam, hanya memiliki pariwisata dan pendidikan sebagai lokomotif perekonomian. Jika hari libur penerimaan para pedagang meningkat pesat. Saat itulah yang harus digunakan para pedagang untuk menyiapkan kondisi yang nyaman. Wisatawan saat itulah yang dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak, dengan mengandalkan Malioboro sebagai ikon. Permasalahan yang telah ditemukan adalah masalah kebersihan, motor diparkir di jalur lambat, batas penempatan dagangan di trotoar dan masalah penempatan grobag dagangan. Demikian imbuh Camat Gedongtengen dalam pertemuan yang dihadiri semua Camat di kawasan Malioboro yaitu Camat Gondomanan, Gedongtengen, Danurejan.
Dalam wejangannya Wakil Walikota, H. Haryadi Suyuti menyatakan bahwa jika diteliti dengan seksama Malioboro telah mengalami penurunan kelas. Jumlah penjualan yang menurun dapat dikarenakan penentuan harga kepada wisatawan yang dinaikkan, kurang menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Terbukti ada komplain masyarakat sekitar ataupun pengunjung tentang kebersihan Malioboro. Diharapkan dengan adanya kekompakan antar elemen tersebut dapat mampu memecahkan masalah kebutuhan sosial ini.
Yang mewakili DPRD Kota Yogyakarta, yaitu Pak Chan, yang mengungkapkan tentang koordinasi yang harus ditingkatkan antar dinas terkait Pemkot untuk melakukan pembangunan Malioboro. Jika antar dinas kompak maka hasil kegiatan, misalnya pembangunan trotoar, lampu jalan dan taman, penertiban PKL dan sebagainya, tentu saja akan menambah dampak positif. Grobag 2 in 1 agar segera direlaisasikan untuk lebih merapikan Malioboro. Selain untuk menyimpan barang dagangan grobag bisa dirubah menjadi alas dagangan sehingga tidak memakan banyak tempat.
Acara dilanjutkan dengan dialog dengan Acara rembuk warga Malioboro seperti ini direncanakan untuk diselenggarakan secara rutin menjadi ajang saling mengingatkan untuk menjaga kenyamanan dan keamanan Malioboro. Yang hadir saat itu menerima dengan baik, karena Malioboro yang nyaman dan aman tidak bisa diusahakan Pemkot sendiri, tetapi juga warga Malioboro sendiri yang harus aktif.(byu)
Menurut Camat Gedongtengen, Zenni Lingga, Kota Yogyakarta tak punya sumber daya alam, hanya memiliki pariwisata dan pendidikan sebagai lokomotif perekonomian. Jika hari libur penerimaan para pedagang meningkat pesat. Saat itulah yang harus digunakan para pedagang untuk menyiapkan kondisi yang nyaman. Wisatawan saat itulah yang dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak, dengan mengandalkan Malioboro sebagai ikon. Permasalahan yang telah ditemukan adalah masalah kebersihan, motor diparkir di jalur lambat, batas penempatan dagangan di trotoar dan masalah penempatan grobag dagangan. Demikian imbuh Camat Gedongtengen dalam pertemuan yang dihadiri semua Camat di kawasan Malioboro yaitu Camat Gondomanan, Gedongtengen, Danurejan.
Dalam wejangannya Wakil Walikota, H. Haryadi Suyuti menyatakan bahwa jika diteliti dengan seksama Malioboro telah mengalami penurunan kelas. Jumlah penjualan yang menurun dapat dikarenakan penentuan harga kepada wisatawan yang dinaikkan, kurang menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan. Terbukti ada komplain masyarakat sekitar ataupun pengunjung tentang kebersihan Malioboro. Diharapkan dengan adanya kekompakan antar elemen tersebut dapat mampu memecahkan masalah kebutuhan sosial ini.
Yang mewakili DPRD Kota Yogyakarta, yaitu Pak Chan, yang mengungkapkan tentang koordinasi yang harus ditingkatkan antar dinas terkait Pemkot untuk melakukan pembangunan Malioboro. Jika antar dinas kompak maka hasil kegiatan, misalnya pembangunan trotoar, lampu jalan dan taman, penertiban PKL dan sebagainya, tentu saja akan menambah dampak positif. Grobag 2 in 1 agar segera direlaisasikan untuk lebih merapikan Malioboro. Selain untuk menyimpan barang dagangan grobag bisa dirubah menjadi alas dagangan sehingga tidak memakan banyak tempat.
Acara dilanjutkan dengan dialog dengan Acara rembuk warga Malioboro seperti ini direncanakan untuk diselenggarakan secara rutin menjadi ajang saling mengingatkan untuk menjaga kenyamanan dan keamanan Malioboro. Yang hadir saat itu menerima dengan baik, karena Malioboro yang nyaman dan aman tidak bisa diusahakan Pemkot sendiri, tetapi juga warga Malioboro sendiri yang harus aktif.(byu)