DRA SRI _ENTIK_ ADIYANTI
Setiap kali berpapasan dengan tokoh kita yang satu ini pasti kesan pertama yang ditangkap adalah senyum. Dengan senyum mungkin tokoh kita ini mau menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang dikerjakannya. Mengurusi hal-hal yang bersentuhan dengan kemasyarakatan, khususnya perempuan dan anak-anak merupakan bidang kerjanya. Dia adalah Dra. Sri Adiyanti.
Bu Entik, begitulah dia disapa dipercaya Walikota mengepalai Bagian Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarus Utamaan Gender Kota Yogyakarta yang sejak tanggal 3 Januari 2009 berubah menjadi Kantor Kesejahteraan Masyarakat dan Pengarus Utamaan Gender.
Bu Entik menjelaskan dalam rangka penanggulangan kemiskinan, melalui Tim Koordinasi Penanggungan Kemiskinan Kota Yogyakarta (selaku sekretariat) telah dibentuk pilot project di tiga kelurahan. ”Saya berharap penyusunan pola penanganan kemiskinan ini sesuai dengan karakteristik dari kelurahan yang bersangkurtan,” ujar istri Drs. Suwito Pegawai BAPEDALDA Kabupaten Bantul ini.
Mengenai Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan, Anak, Lansia dan Defabel serta pengarus utamaan gender, Entik mengatakan telah dilakukan beberapa kegiatan, seperti Advokasi Pengarus Utamaan Gender dan pengembangan partisipasi perempuan. Juga dilakukan kegiatan workshop guna penyusunan program responsif gender untuk anak, perempuan, keluarga miskin, lansia dan defabel.
Sedangkan untuk penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, ibu Dian Ajeng Maharani dan Dian Ayu Maharani ini menjelaskan, ada beberapa kegiatan telah dilakukan antara lain, sosialisasi perundang-undangan terkait Pemberdayaan Perempuan dan PUG, Peningkatan kualitas hidup kelompok rentan, Melaksanakan pelatihan bagi difabel, Pembinaan lokasi P2WKS, Bimbingan manajemen pengelola UP2K PKK, Pelatihan pendamping Lansia, Sosialisasi KDRT dan Sosialisasi Gerakan Sayang Ibu.
Meskipun disibukkan dengan seabrek tugas kantor urusan keluarga tidak dilupakan ibu kelahiran Klaten 21 Januari 1959 ini. Seperti ibu-ibu biasa lainnya sebelum berangkat ke tempat kerja Bu Entik meyempatkan diri mengurus rumah tangganya dahulu. Kegiatan mengantar anak sekolah juga masih dikerjakannya. Kebetulan putri bontotnya, Dian Ayu Maharani siswa Kelas 9 SMPN 5 Yogyakarta masih sejalur dengan tempat kerja sang ibu.
Akikibat beban dan tanggung jawab pekerjaan yang besar seringkali Ibu lulusan UGM jurusan Ilmu Pemerintahan ini terlambat pulang kerumahnya yang berada di Perum GKPN No.6 Banguntapan Bantul. ” Untuk hal ini sepertinya semua anggota keluarga sudah memahami dengan baik. Kalau memang harus terlambat pulang, komunikasi lewat telepon dan SMS terus dilakukan,” ujar perempuan berlesung pipit ini.
Tentang suasana kerja di kantor, Entik menjelaskan hendaknya atasan harus menjadi panutan dan pemberi teladan bagi bawahannya. Dirinya memberikan contoh, sebelum memulai pekerjaanya, Entik merapikan beberapa hiasan dan tanaman yang terpajang diruang kerjanya. Bahkan tak segan-segan Entik menyapu ruang kerjanya sendiri untuk memberikan tauladan bagi staffnya.
Ditanya tokoh idola, Entik hanya mengidolakan Almahrum ayahnya. Entik berberita ayahnya selalu menasehati dirinya agar dalam meniti karir sebagai PNS, harus bersikap jujur, loyal dengan pekerjaan dan pimpinan serta tidak reko-reko (berbuat ulah).
Menutup pembincangan Entik megatakan dirinya bersyukur kepada Allah SWT bahwa dalam mengabdikan diri selama 22 tahun di Pemerintah Kota Yogyakarta dia diberi kesempatan untuk berpindah-pindah dalam ketugasan. Hal ini disikapi sebagai sebuah anugerah yang berharga untuk menambah wawasan dan bekal dalam menggeluti pekerjaan yang sedang diemban, ”Jabatan merupakan amanah, pangkat adalah tanggungjawab, dan saya sadar pangkat saya bukan strata di masyarakat,” tutur perempuan ramah ini mengakhri. (@mix)