Pencanangan Lubang Resapan Biopori
Untuk menjaga ketersediaan air di Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta mentargetkan terbuatnya 1 juta Lubang Resapan Biopori (LBR), Gerakan ini dimulai dengan Pencanangan Program Gerakan Massal Pembuatan Lubang Biopori di Kota Yogyakarta oleh Walikota Yogyakarta H Herry Zudianto. Pencanangan program ini ditandai dengan pemberian alat bor tanah kepada ketua RW di lingkungan Kelurahan Kricak, yang dipusatkan di RW 09 Kricak, Kecamatan Tegalrejo, Minggu (12/7)
Turut hadir dalam pencanangan gerakan massal pembuatan LBR ini, Ketua DPRD Kota Arief Noor Hartanto, Wakil Ketua DPRD, Ir Andrie Subiyantoro, Kepala Badan Lingkungan Hidup, Ir H. Hadi Prabowo, Direktur PDAM Tirtamarta, Imam Priyono, Pimpinan BPD DIY dan warga masyarakat kelurahan Kricak.
Walikota Yogyakarta, H Herry Zudianto, dalam sambutannya mengatakan, Pencanangan gerakan massal pembuatan lubang biopori ini merupakan bentuk rasa syukur kita dengan cara mencintai bumi Yogyakarta yang telah memberikan banyak kehidupan bagi warga kota, dengan gerakan ini kita akan membalas kebaikan dari bumi Jogja ini melaluji gerakan menabung air melalui lubang resapan biopori.
“Inilah bentuk rasa syukur kita untuk bumi Yogyakarta yang telah memberikan kehidupan bagi kita dengan program LBR ini kita akan membalas kebaikan bumi Yogyakarta, sehingga bumi Yogyakarta akan lebih banyak lagi memberikan kehidupan bagi kita sekalian” kata Herry Zudianto
Ditambakan oleh Herry Zudianto, LBR ini memberikan banyak keuntungan bagi lingkungan, Bagaimana air yang tadinya hanya lewat itu tidak kan terjadi , karena air itu ter tangkap dan terjebak dalam lingkungan kita sehingga akan mengurangi banjir pada waktu musim hujan, sekaligus tabungan pada musim kemarau. Sebisa mungkin kita bertanggung jawab, air di tempat kita bagaimana bisa diserap sebanyak banyaknya di mulai dari tanah persil dan selanjutnya meluas ke jalan-jalan kampong.
Walikota mengharapkan tahun-tahun kedepan lubang biopori yang dibuat akan lebih banyak lagi berarti sambutan masyarakat terhadap program penghematan air melalui LBR ini bisa dikatakan bagus dan mendukung.
Sementara itu, Kepala Badang Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir H. Hadi Prabowo dalam laporannya mengatakan, Lubang Resapan Biopori (LBR) merupakan jawaban untuk menggerakkan masyarakat agar mau dan mampu mengelola air agar dapat tertabung dalam tanah sekaligus mengatasi genangan air dan banjir. LRB dapat pula dipergunakan sebagai tempat untuk membuat pupuk organic.
Ditambahkan oleh Ir H Hadi Prabowo, dihitung secara teknis, kehadiran LBR akan menambah bidang resapan air, Jika suatu permukaan tanah berbetuk lingkaran dengan diameter 10 cm2 dan kedalaman 100 cm, maka luas bidang resapan menjadi 3218 cm2, jadi Jika terdapat 1 juta LBR di Kota Yogyakarta, maka luas bidang resapan di Kota Yogyakarta akan menjadi 321.800 M2 atau setara 1 persen luas Kota Yogyakarta, paling sedikit 321,8 M3 air dapat ditabung disetiap kali hujan, atau setara bagi kebutuhan 2145 orang berdasar standar audit dari BPKP yakni sebesar 150 liter/orang/hari.
Gerakan massal pembuatan LRB dilaksanakan secara serentak di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, setiap periode gerakan berjangka 14 hari dilaksanakan bergiliran mulai Juli-Desember 2009 sebanyak 6 kali/periode.
Untuk memsukseskan gerakan massal LRB ini Pemkot Yogyakarta telah membagikan peralatan ke 45 Kelurahan masing masing Alat bor biopori 20 buah/kelurahan untuk dibagikan kepada 6 kelompok denga pembagian masing-masing kelompok 2 buah alat bor dan 8 buah ditinggal di kelurahan, 300 chasing/kelurahan, dan alat cetak pembuat dudukan LRB sebanyak 1 buah/kelurahan.
Pencanangan gerakan massal LBR ini didukung dari anggaran di Badan Lingkungan Hidup, Dana Blockgrant LPMK Kelurahan dan RW, CSR PDAM Tirta Marta dan CSR Bank BPD DIY.
Sementara itu, Lurah Kricak, Budi Santoso mengatakan, warga Kelurahan Kricak sangat mendukung gerakan ini dengan kesediaan setiap keluarga untuk membuat LBR. Dukungan juga datang dari beberapa ormas di Kelurahan Kricak, termasuk dari perkumpulan takmir Masjid yang akan membuat LBR di masing-masing Masjid.
Turut hadir dalam pencanangan gerakan massal pembuatan LBR ini, Ketua DPRD Kota Arief Noor Hartanto, Wakil Ketua DPRD, Ir Andrie Subiyantoro, Kepala Badan Lingkungan Hidup, Ir H. Hadi Prabowo, Direktur PDAM Tirtamarta, Imam Priyono, Pimpinan BPD DIY dan warga masyarakat kelurahan Kricak.
Walikota Yogyakarta, H Herry Zudianto, dalam sambutannya mengatakan, Pencanangan gerakan massal pembuatan lubang biopori ini merupakan bentuk rasa syukur kita dengan cara mencintai bumi Yogyakarta yang telah memberikan banyak kehidupan bagi warga kota, dengan gerakan ini kita akan membalas kebaikan dari bumi Jogja ini melaluji gerakan menabung air melalui lubang resapan biopori.
“Inilah bentuk rasa syukur kita untuk bumi Yogyakarta yang telah memberikan kehidupan bagi kita dengan program LBR ini kita akan membalas kebaikan bumi Yogyakarta, sehingga bumi Yogyakarta akan lebih banyak lagi memberikan kehidupan bagi kita sekalian” kata Herry Zudianto
Ditambakan oleh Herry Zudianto, LBR ini memberikan banyak keuntungan bagi lingkungan, Bagaimana air yang tadinya hanya lewat itu tidak kan terjadi , karena air itu ter tangkap dan terjebak dalam lingkungan kita sehingga akan mengurangi banjir pada waktu musim hujan, sekaligus tabungan pada musim kemarau. Sebisa mungkin kita bertanggung jawab, air di tempat kita bagaimana bisa diserap sebanyak banyaknya di mulai dari tanah persil dan selanjutnya meluas ke jalan-jalan kampong.
Walikota mengharapkan tahun-tahun kedepan lubang biopori yang dibuat akan lebih banyak lagi berarti sambutan masyarakat terhadap program penghematan air melalui LBR ini bisa dikatakan bagus dan mendukung.
Sementara itu, Kepala Badang Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Ir H. Hadi Prabowo dalam laporannya mengatakan, Lubang Resapan Biopori (LBR) merupakan jawaban untuk menggerakkan masyarakat agar mau dan mampu mengelola air agar dapat tertabung dalam tanah sekaligus mengatasi genangan air dan banjir. LRB dapat pula dipergunakan sebagai tempat untuk membuat pupuk organic.
Ditambahkan oleh Ir H Hadi Prabowo, dihitung secara teknis, kehadiran LBR akan menambah bidang resapan air, Jika suatu permukaan tanah berbetuk lingkaran dengan diameter 10 cm2 dan kedalaman 100 cm, maka luas bidang resapan menjadi 3218 cm2, jadi Jika terdapat 1 juta LBR di Kota Yogyakarta, maka luas bidang resapan di Kota Yogyakarta akan menjadi 321.800 M2 atau setara 1 persen luas Kota Yogyakarta, paling sedikit 321,8 M3 air dapat ditabung disetiap kali hujan, atau setara bagi kebutuhan 2145 orang berdasar standar audit dari BPKP yakni sebesar 150 liter/orang/hari.
Gerakan massal pembuatan LRB dilaksanakan secara serentak di 45 kelurahan di Kota Yogyakarta, setiap periode gerakan berjangka 14 hari dilaksanakan bergiliran mulai Juli-Desember 2009 sebanyak 6 kali/periode.
Untuk memsukseskan gerakan massal LRB ini Pemkot Yogyakarta telah membagikan peralatan ke 45 Kelurahan masing masing Alat bor biopori 20 buah/kelurahan untuk dibagikan kepada 6 kelompok denga pembagian masing-masing kelompok 2 buah alat bor dan 8 buah ditinggal di kelurahan, 300 chasing/kelurahan, dan alat cetak pembuat dudukan LRB sebanyak 1 buah/kelurahan.
Pencanangan gerakan massal LBR ini didukung dari anggaran di Badan Lingkungan Hidup, Dana Blockgrant LPMK Kelurahan dan RW, CSR PDAM Tirta Marta dan CSR Bank BPD DIY.
Sementara itu, Lurah Kricak, Budi Santoso mengatakan, warga Kelurahan Kricak sangat mendukung gerakan ini dengan kesediaan setiap keluarga untuk membuat LBR. Dukungan juga datang dari beberapa ormas di Kelurahan Kricak, termasuk dari perkumpulan takmir Masjid yang akan membuat LBR di masing-masing Masjid.