Wawali Kota Yk Sebagai Khotib Sholat Ied di BPK
Wakil Walikota Yogyakarta, H Haryadi Suyuti mengajak warga masyarakat Yogyakarta untuk menyadari sepenuhnya bahwa di Indonesia terdapat banyak perbedaan serta kemajemukan dan meminta untuk tidak mengingkari keberagaman dan kemajemukan umat tersebut karena sama halnya dengan mengingari sunattullah dan mengajak umat untuk merajut kebersamaan untuk membangun masyarakat yang damai. Demikian hal ini disampaikan Wawali saat menjadi Khotib dalam Sholat Idul Fitri 1430 H di Halaman Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Jl Cokroaminoto, Minggu (20/9)
“Kemajemukan suku bangsa, bahasa bahkan agama adalah kepastian dan sunnatullah yang tidak mungkint terhindari, mengingkari keberagaman dan kemajemukan umat tersebut karena sama halnya dengan mengingari sunattullah” Kata Wawali.
Ditambahkan oleh Wawali, ada tiga metode bagi umat untuk mengelola pluralitas/keberagaman/ multicultural yang ada di Indonesia yang pertama yaitu, mengembangkan budaya dialog agar terjadi sinergi positif antar warga. “Persoalan yang muncul antar kepentingan dapat diselaraskan dengan dialog, budaya dialog inilah yang akan menciptakan budaya beradab, budaya intelektual dan budaya anti kekerasan” Kata H. Haryadi Suyuti.
Ditambahkan, langkah kedua untuk mengelola pluralitas adalah mengembangkan sikap positif tinking atau dalam bahasa agama disebut hudnudzon atau berbaik sangka agar kita dapat bekerja sama dalam membangun umat.
“Kesadaran inilah yang dapat menghidari dari su’uzon atau negative tinking, bahaya yang paling besar dari negative tinking dapat menimbulkan fitnah yang dapat memecah belah umat” tambahnya.
Sementara itu, langkah ketiga harus mengembangkan sikap dan budaya tepo seliro yang mengandung arti diata kepentingan pribadi masih ada kepentingan orang lain dan diatas itu masih ada kepentingan bersama harus dihormati.
Pada akhir khotbahnya, Wawali mengajak umat untuk membuang jauh sikap ekslusif yang mengagung-agungkan identitas sendiri dan sikap-sikap yang terus menerus mempertajam perbedaan antar kelompok indentitas yang lain.
”Marilah kita bangun niatan yang tulus dari semua pihak terutama umat Islam untuk mencari kesamaan-kesamaan dalam rangka membangun masyarakat yang damai yang memiliki cita-cita yang membawa kemaslahatan bagi semua makhluk.” Ajak Wawali.
“Kemajemukan suku bangsa, bahasa bahkan agama adalah kepastian dan sunnatullah yang tidak mungkint terhindari, mengingkari keberagaman dan kemajemukan umat tersebut karena sama halnya dengan mengingari sunattullah” Kata Wawali.
Ditambahkan oleh Wawali, ada tiga metode bagi umat untuk mengelola pluralitas/keberagaman/ multicultural yang ada di Indonesia yang pertama yaitu, mengembangkan budaya dialog agar terjadi sinergi positif antar warga. “Persoalan yang muncul antar kepentingan dapat diselaraskan dengan dialog, budaya dialog inilah yang akan menciptakan budaya beradab, budaya intelektual dan budaya anti kekerasan” Kata H. Haryadi Suyuti.
Ditambahkan, langkah kedua untuk mengelola pluralitas adalah mengembangkan sikap positif tinking atau dalam bahasa agama disebut hudnudzon atau berbaik sangka agar kita dapat bekerja sama dalam membangun umat.
“Kesadaran inilah yang dapat menghidari dari su’uzon atau negative tinking, bahaya yang paling besar dari negative tinking dapat menimbulkan fitnah yang dapat memecah belah umat” tambahnya.
Sementara itu, langkah ketiga harus mengembangkan sikap dan budaya tepo seliro yang mengandung arti diata kepentingan pribadi masih ada kepentingan orang lain dan diatas itu masih ada kepentingan bersama harus dihormati.
Pada akhir khotbahnya, Wawali mengajak umat untuk membuang jauh sikap ekslusif yang mengagung-agungkan identitas sendiri dan sikap-sikap yang terus menerus mempertajam perbedaan antar kelompok indentitas yang lain.
”Marilah kita bangun niatan yang tulus dari semua pihak terutama umat Islam untuk mencari kesamaan-kesamaan dalam rangka membangun masyarakat yang damai yang memiliki cita-cita yang membawa kemaslahatan bagi semua makhluk.” Ajak Wawali.