UBI JALAR HIJAU DISULAP JADI ES KRIM
Kelompok Wanita Tani (KWT) Amarilis Kelurahan Pringgokusuman kecamatan Gedongtengen keluar sebagai juara I pada kontes olahan ikan yang diselenggarakan Dinas Perindustrian, perdagangan, koperasi dan pertanian Kota Yogyakarta, Sabtu, (17/10) bertempat di Pasar Ikan Higienis Giwangan Umbulharjo Yogyakarta. KWT menampilkan produk ubi ungu dicampur labu
kuning dan singkong dengan isi ikan lele dan bunga kecombrang, berhasil mengungguli 20 peserta dari 14 kecamatan di kota Yogyakarta. Sedangkan juara II dan III diraih masing-masing KWT. Kenanga dari kelurahan Panembahan kecamatan Kraton dan KWT. Purwo Tani dari Purwokinanti kecamatan Pakualaman.
Ketua panitia Pameran Pertanian dan Kontes Olahan Ikan, Ir, Sri Harnanik menjelaskan pameran dan kontes ini diadakan dalam rangka menyemarakkan hari ulang tahun Kota Yogyakarta ke-253. Harnanik menjelaskan pameran pertanian yang melibatkan KWT ota Yogyakarta ini menitikberatkan pada produk olahan non beras dan ikan. “Kegiatan ini bertujuan mengajak masyarakat mengonsumsi makanan non beras dan ikan. Sebagai contoh, ubi, kalau diolah dengan baik dengan memadukan rasa, warna dan penampilan pasti akan diminati banyak orang. Dan perlu diketahui kandungan gisi dalam makanan non beras seperti ubi juga sangat banyak,” ujar Harnanik.
Selain makanan non beras, Dinas Perindakoptan Kota Yogyakarta menyosialisasikan makan ikan, melalui KWTdan juga PKK. Untuk minat makan ikan, Harnanik mengatakan khususnya Kota Yogyakarta minat makan ikan sudah mulai meningkat. “Hal ini diketahui dari peningkatan penjualan ikan di pasar-pasar, baik tradisional maupun moderen,” ujar Harnanik. Mengenai produk olahan ikan dan juga produk non beras Harnanik mengakui sudah banyak peningkatan. Dijelaskan, sekarang ini produk olahan dari bahan dasar ikan dan non beras telah mengalami banyak kemajuan dalam bentuk, rasa, dan warna sehingga menarik konsumen untuk menikmati. Pernyataan Harnanik ini dibuktikan oleh ibu Pujiastuti, pensiunan PNS Kota yang sekarang bersama teman-temannya mengelolah KWT Alamanda di kelurahan Keparakan. Dari tangan ibu- ibu ini ubi jalar yang biasanya hanya dimasak begitu saja, disulap menjadi es krim yang lezat dan enak rasanya. KWT Alamanda juga mengolah sawut menjadi kue tart yang enak. Pujiastuti mengatakan produk olahan mereka telah mendapat pelanggan tetap. “ Kami sudah punya langganan tetap. Lumayan bisa menambah penghasilan keluarga,” jelas Pujiastuti.
Sementara itu, Walikota Yogyakarta dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Perindakoptan Kota yogyakarta Drs, Heru Priya Warjaka mengatakan dinamika pembangunan pertanian di Kota Yogyakarta dihadapkan dengan permasalahan penyusutan lahan sebagai basis keberlangsungan kegiatan pertanian. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan kemanfaatan lingkungan Oleh karena itu sebagai wilayah perkotaan fokus perhatian pengelolaan terhadap pertanian yakni dengan mempertimbangkan potensi wilayah.
Walikota berharap pameran pertanian ini dapat mendekatkan para produsen dan konsumen, sehingga keduanya saling belajar dan mengetahui kebutuhan masing-masing. Pameran pertanian dan kontes olahan ikan ini berlangsung dua hari, 17 dan 18 Oktober 2009.
kuning dan singkong dengan isi ikan lele dan bunga kecombrang, berhasil mengungguli 20 peserta dari 14 kecamatan di kota Yogyakarta. Sedangkan juara II dan III diraih masing-masing KWT. Kenanga dari kelurahan Panembahan kecamatan Kraton dan KWT. Purwo Tani dari Purwokinanti kecamatan Pakualaman.
Ketua panitia Pameran Pertanian dan Kontes Olahan Ikan, Ir, Sri Harnanik menjelaskan pameran dan kontes ini diadakan dalam rangka menyemarakkan hari ulang tahun Kota Yogyakarta ke-253. Harnanik menjelaskan pameran pertanian yang melibatkan KWT ota Yogyakarta ini menitikberatkan pada produk olahan non beras dan ikan. “Kegiatan ini bertujuan mengajak masyarakat mengonsumsi makanan non beras dan ikan. Sebagai contoh, ubi, kalau diolah dengan baik dengan memadukan rasa, warna dan penampilan pasti akan diminati banyak orang. Dan perlu diketahui kandungan gisi dalam makanan non beras seperti ubi juga sangat banyak,” ujar Harnanik.
Selain makanan non beras, Dinas Perindakoptan Kota Yogyakarta menyosialisasikan makan ikan, melalui KWTdan juga PKK. Untuk minat makan ikan, Harnanik mengatakan khususnya Kota Yogyakarta minat makan ikan sudah mulai meningkat. “Hal ini diketahui dari peningkatan penjualan ikan di pasar-pasar, baik tradisional maupun moderen,” ujar Harnanik. Mengenai produk olahan ikan dan juga produk non beras Harnanik mengakui sudah banyak peningkatan. Dijelaskan, sekarang ini produk olahan dari bahan dasar ikan dan non beras telah mengalami banyak kemajuan dalam bentuk, rasa, dan warna sehingga menarik konsumen untuk menikmati. Pernyataan Harnanik ini dibuktikan oleh ibu Pujiastuti, pensiunan PNS Kota yang sekarang bersama teman-temannya mengelolah KWT Alamanda di kelurahan Keparakan. Dari tangan ibu- ibu ini ubi jalar yang biasanya hanya dimasak begitu saja, disulap menjadi es krim yang lezat dan enak rasanya. KWT Alamanda juga mengolah sawut menjadi kue tart yang enak. Pujiastuti mengatakan produk olahan mereka telah mendapat pelanggan tetap. “ Kami sudah punya langganan tetap. Lumayan bisa menambah penghasilan keluarga,” jelas Pujiastuti.
Sementara itu, Walikota Yogyakarta dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Perindakoptan Kota yogyakarta Drs, Heru Priya Warjaka mengatakan dinamika pembangunan pertanian di Kota Yogyakarta dihadapkan dengan permasalahan penyusutan lahan sebagai basis keberlangsungan kegiatan pertanian. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan kemanfaatan lingkungan Oleh karena itu sebagai wilayah perkotaan fokus perhatian pengelolaan terhadap pertanian yakni dengan mempertimbangkan potensi wilayah.
Walikota berharap pameran pertanian ini dapat mendekatkan para produsen dan konsumen, sehingga keduanya saling belajar dan mengetahui kebutuhan masing-masing. Pameran pertanian dan kontes olahan ikan ini berlangsung dua hari, 17 dan 18 Oktober 2009.