KRANISASI UNTUK SMP SWASTA
Pemkot Yogyakarta mengucurkan dana untuk kranisasi sekolah sebesar 185 juta rupiah. Dana yang berasal dari APBD 2009 ini diberikan kepada 37 Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta se-Kota Yogyakarta, sehinga masing-masing menerima 5 juta rupiah. Kegiatan kranisasi ini merupakan program lanjutan dari program kranisasi sebelumnya pada tahun 2008 yang memberikan dana masing masing 5 juta untuk 10 SMP swasta. Dari sebanyak 582 sekolah di Kota Yogyakarta, ditargetkan pada 2011 nanti 95% sekolah sudah melakukan kranisasi. Penyerahan bantuan ini disampaikan langsung oleh Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti di Ruang Utama Bawah Balaikota, Rabu (21/10).
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dr. Choirul Anwar, M. Kes, mengatakan Kegiatan kranisasi ini merupakan pemberian stimulan kepada sekolah dengan cara menghilangkan bak mandi, kemudian diganti dengan penampungan air yang tidak permanent seperti ember (dry toilet). Kegiatan kranisasi ini dilatarbelakangi banyaknya kasus DBD di Kota Yogyakarta. Penyebaran penyakit DBD sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai indicator perkembangbiakan nyamuk dan penyebaran penyakit.
Sementara Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyampaikan bahwa kegiatan kranisasi ini dapat mengurangi potensi genangan air sehingga diharapkan akan mampu memperbesar prosentase Angka Bebas Jentik (AJB), sehingga target pemkot tahun 2011 sebanyak 95 % terhadap 528 sekolah dengan sistem kranisasi dapat tercapai. Kegiatan kranisasi ini dapat dilakukan bersama-sama warga sekolah, dan juga akan mendorong terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi melalui sekolah.
“Sudah menjadi kewajiban sekolah untuk memberikan rasa aman kepada peserta didiknya, serta merubah perilaku peserta didik menjadi pola hidup yang sehat guna membantu program pemerintah untuk mencegah deman berdarah. Salah satu caranya adalah dengan program kranisasi dimana pihak sekolah harus menyediakan tandon dengan failitas instalansinya. Mudah-mudahan bantuan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya. (ism)
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Dr. Choirul Anwar, M. Kes, mengatakan Kegiatan kranisasi ini merupakan pemberian stimulan kepada sekolah dengan cara menghilangkan bak mandi, kemudian diganti dengan penampungan air yang tidak permanent seperti ember (dry toilet). Kegiatan kranisasi ini dilatarbelakangi banyaknya kasus DBD di Kota Yogyakarta. Penyebaran penyakit DBD sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Angka Bebas Jentik (ABJ) digunakan sebagai indicator perkembangbiakan nyamuk dan penyebaran penyakit.
Sementara Wakil Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti menyampaikan bahwa kegiatan kranisasi ini dapat mengurangi potensi genangan air sehingga diharapkan akan mampu memperbesar prosentase Angka Bebas Jentik (AJB), sehingga target pemkot tahun 2011 sebanyak 95 % terhadap 528 sekolah dengan sistem kranisasi dapat tercapai. Kegiatan kranisasi ini dapat dilakukan bersama-sama warga sekolah, dan juga akan mendorong terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang tinggi melalui sekolah.
“Sudah menjadi kewajiban sekolah untuk memberikan rasa aman kepada peserta didiknya, serta merubah perilaku peserta didik menjadi pola hidup yang sehat guna membantu program pemerintah untuk mencegah deman berdarah. Salah satu caranya adalah dengan program kranisasi dimana pihak sekolah harus menyediakan tandon dengan failitas instalansinya. Mudah-mudahan bantuan ini dapat dimanfaatkan secara maksimal,” ujarnya. (ism)