SEMBILAN PERSEN PENDUDUK KOTA JOGJA ADALAH LANSIA
Yogyakarta tercatat sebagai kota dengan usia harapan hidup tertinggi di Indonesia. Karenanya lansia harus mendapatkan perhatian khusus. Semakin tinggi usia harapan hidup maka jumlah lansia akan semakin meningkat, hal itu akan berdampak pula terhadap masalah social ekonomi masyarakat, yaitu bagaiama supaya lansia tetap sehat produktif dan mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga, masyarakat dan pemerintah. Hal itu disampaikan Ir Lies Rosdianty, Msi Asisten Deputy Urusan Perempuan Lansia dan Penyandang Cacat Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, di Hotel Edotel Kenari, Sabtu (19/12).
Lies Rosdianty yang juga menjadi nara sumber pada seminar `Peningkatan Intelegensia Lansia` tersebut memaparkan, Upaya pemberdayaan lansia dengan sasaran tidak hanya lansia namun juga pra lansia agar dapat mempersiapkan diri menjadi lansia yang produktif. Karena, menurutnya kehidupan lansia tergantung pada kehidupan kita sekarang. Ada dua model pendekatan yang telah dilakukan oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, yang nantinya akan segera diterapkan untuk daerah-daerah di Indonesia.
Diperkirakan pada tahun 2010-2020 akan terjadi ledakan lansia sebagai imbas adanya ledakan bayi pada tahun 60-an. Bahkan pada tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 11,34% dari total penduduk. Saat ini jumlah lansia se-Indonesia mencapai 8,42% dari total penduduk atau sejumlah 18,96 juta jiwa. `Hal ini harus kita antisipasi sekarang agar beban pemerintah kemudian tidak menjadi semakin berat`, tandas Lies. Sedangkan untuk DIY saat ini jumlah lansia mencapai 14% dari total penduduk sedangkan angka nasional mencapai 8,40% dari total penduduk.
Sementara Ketua Pokja Peningkatan Intelegensia Kota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun mengatakan, Di Kota Yogyakarta saat ini terdapat 43.800 orang lansia atau hampir 9 persen dari jumlah penduduk. Mereka terbagi dalam 598 kelompok lansia di tingkat RW, dengan kondisi ekonomi sekitar 60% diantaranya menengah kebawah.
Menurut Tri Kirana, Jogja merupakan kota yang nyaman tinggal untuk lansia karena wilayah yang kecil sehingga mudah untuk mencapai akses sarana yang dibutuhkan. Disamping itu program-program pemerintah sangat mendukung untuk kesejahteraan lansia, seperti puskesmas lansia dan kelompok-kelompok lansia tingkat RW. (ism)
Lies Rosdianty yang juga menjadi nara sumber pada seminar `Peningkatan Intelegensia Lansia` tersebut memaparkan, Upaya pemberdayaan lansia dengan sasaran tidak hanya lansia namun juga pra lansia agar dapat mempersiapkan diri menjadi lansia yang produktif. Karena, menurutnya kehidupan lansia tergantung pada kehidupan kita sekarang. Ada dua model pendekatan yang telah dilakukan oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, yang nantinya akan segera diterapkan untuk daerah-daerah di Indonesia.
Diperkirakan pada tahun 2010-2020 akan terjadi ledakan lansia sebagai imbas adanya ledakan bayi pada tahun 60-an. Bahkan pada tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 11,34% dari total penduduk. Saat ini jumlah lansia se-Indonesia mencapai 8,42% dari total penduduk atau sejumlah 18,96 juta jiwa. `Hal ini harus kita antisipasi sekarang agar beban pemerintah kemudian tidak menjadi semakin berat`, tandas Lies. Sedangkan untuk DIY saat ini jumlah lansia mencapai 14% dari total penduduk sedangkan angka nasional mencapai 8,40% dari total penduduk.
Sementara Ketua Pokja Peningkatan Intelegensia Kota Yogyakarta, Tri Kirana Muslidatun mengatakan, Di Kota Yogyakarta saat ini terdapat 43.800 orang lansia atau hampir 9 persen dari jumlah penduduk. Mereka terbagi dalam 598 kelompok lansia di tingkat RW, dengan kondisi ekonomi sekitar 60% diantaranya menengah kebawah.
Menurut Tri Kirana, Jogja merupakan kota yang nyaman tinggal untuk lansia karena wilayah yang kecil sehingga mudah untuk mencapai akses sarana yang dibutuhkan. Disamping itu program-program pemerintah sangat mendukung untuk kesejahteraan lansia, seperti puskesmas lansia dan kelompok-kelompok lansia tingkat RW. (ism)