Jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijoyo Mukti
Pemkot Yogyakarta menggelar ritual jamasan Pusaka Tombak Kyai Wijoyo Mukti Kamis (14/1). Diawali dengan prosesi arak-arakan miyos pusoko, Tombak Kanjeng Kyai Wijoyo Mukti dikeluarkan dari tempat semayam di ruang kerja Walikota Yogyakarta.
Pusaka pemberian Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang dibuat tahun 1921 itu dilakukan proses penjamasan (pencucian) di halaman air mancur Balaikota oleh Walikota Herry Zudianto, setelah sebelumnya diawali dengan doa bersama.
Upacara ritual jamasan dipimpin oleh penghageng abdi dalem Keprajan Pemkot Yogyakarta, KRT.Drs.H Purwantodipuro. `Ritual ini digelar rutin setiap bulan Suro. Hal ini dilakukan selain untuk nguri-uri budaya Jawa juga untuk merawat pusaka agar awet dan tahan terhadap karat`, jelasnya.
Tombak Kyai Wijoyo Mukti mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan daphur kudhuping gambir ini landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu Walikan (sejenis kayu yang lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji baik kekerasan maupun keliatannya.
Pusaka ini dibuat pada tahun 1921 masa pemerintahan HB VIII dan diserahkan kepada Pemkot Yogyakarta pada tahun 2000. Keberadaan pusaka mengisyaratkan adanya pesan-pesan luhur/symbol kekuatan moral bagi pemimpin untuk selalu berusaha memakmurkan rakyatnya yakni kemakmuran yang dinikmati seluruh warga. (ism/mik)
Pusaka pemberian Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X yang dibuat tahun 1921 itu dilakukan proses penjamasan (pencucian) di halaman air mancur Balaikota oleh Walikota Herry Zudianto, setelah sebelumnya diawali dengan doa bersama.
Upacara ritual jamasan dipimpin oleh penghageng abdi dalem Keprajan Pemkot Yogyakarta, KRT.Drs.H Purwantodipuro. `Ritual ini digelar rutin setiap bulan Suro. Hal ini dilakukan selain untuk nguri-uri budaya Jawa juga untuk merawat pusaka agar awet dan tahan terhadap karat`, jelasnya.
Tombak Kyai Wijoyo Mukti mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan daphur kudhuping gambir ini landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu Walikan (sejenis kayu yang lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji baik kekerasan maupun keliatannya.
Pusaka ini dibuat pada tahun 1921 masa pemerintahan HB VIII dan diserahkan kepada Pemkot Yogyakarta pada tahun 2000. Keberadaan pusaka mengisyaratkan adanya pesan-pesan luhur/symbol kekuatan moral bagi pemimpin untuk selalu berusaha memakmurkan rakyatnya yakni kemakmuran yang dinikmati seluruh warga. (ism/mik)