SULTAN HB X MEMBUKA SEKATEN TAHUN DAL 1943
Semburat warna pelangi yang menyembul disela mendung langit Kota Yogyakarta membawa nuansa sacral pada saat Pembukaan Pasar Malam Perayaan Sekaten 2010, Jumat sore (15/01). Pelangi seolah mewujudkan makna yang disiratkan dari Pertunjukan Sendratari Manunggaling Hujwala Suci yang pada kesempatan itu menjadi tarian pembuka PMPS tahun Dal 1943 ini.
Sendratari yang dibawakan seniman Yogyakarta itu menyiratkan bahwa pelangi-pelangi persatuan terwujud didalam perbedaan warna-warni budaya yang bersahaja. Manunggaling Hujwala Suci merupakan satu langkah menuju kebersamaan dalam membangun bangsa ini. Bahwa sejauh mata memandang, terbentang warna-warni harapan budaya bangsa. Setiap nafas yang berdetak, membakar semangat untuk bersatu membangun bangsa.
Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X memukul kenong japan menandai secara resmi pembukaan PMPS yang bertepatan dengan tahun Dal 1943 ini. Rangkaian upacara pembukaan dilanjutkan dengan Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menggunting untaian melati di gerbang utama.
PMPS yang akan berlangsung 15 Januari hingga 18 Februari 2010 ini mengusung tema “ Dengan Perayaan Sekaten 2010 Kita Perkokoh Kebersamaan Dalam Keberagaman Budaya Menuju Kemajuan Bangsa”. Berbagai kegiatan yang digelar dalam PMPS 2010 merupakan perpaduan antara perayaan Sekaten sebagai titik sentral kegiatan, dengan pameran produk-produk unggulan, pesta seni budaya, aneka pertunjukan, yang diharapkan akan mendapat dukungan masyarakat luas. PMPS juga diikuti oleh stan pemerintah.
Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan, Perayaan Garebeg Mulud Tahun Dal 1943 yang merupakan tumbuk sewindu, memang memiliki kekhasan yang istimewa, ditandai prosesi “jejak bata” di pintu bagian selatan Masjid Agung.
“Secara simbolis prosesi itu menandai awal dimulainya Sekaten, yang memberikan penegasan kepada rakyat, bahwa Kasultanan Demak telah meninggalkan kepercayaan lain untuk kemudian angrasuk Islam sebagai agama resmi kasultanan sampai sekarang. Sehingga Kraton sering dianggap sebagai budaya Islam terpenting. Adalah sulit bagi saya untuk menegaskan yang demikian itu, masyarakatlah yang layak menilainya,” tuturnya.
Dijelaskan Sultan, Sesuai tematik, Sekaten tahun Dal ini perlu pemahaman, bahwa budaya itu sifatnya dinamis dan penuh keragaman, supaya kita tidak terperangkap pada monostereotipe yang statis dan tunggal. Setiap budaya punya sisi baik dan buruknya. Memadukan yang baik, menjadikannya sebagai sintetis baru adalah cara yang bijak, daripada menolaknya semena-mena. Terhadap budaya orang dan diri sendiri, filosofi yang baik adalah tidak merasa inferior, tetapi juga tidak merasa superior dengan budaya sendiri. Beranilah belajar dari budaya orang lain dan budaya sendiri.
Sementara Walikota Yogyakarta dalam sambutannya mengatakan, Keinginan untuk terus memberikan runag dakwah sekaligus melestarikan sejarah dan nilai-nilai adiluhung budaya Jawa, Pemkot Yogyakarta dengan penuh kesungguhan menggelar sebuah pesta rakyat Pasar Malam Perayaan Sekaten, yang merupakan kegiatan pendukung Hajad Dalem Perayaan Sekaten tahun Dal 1943.
Sekaten tahun Dal memiliki beberapa tradisi istimewa yang berbeda dengan tahun-tahun biasanya, dimana semua tradisi dan ritual yang digelar memiliki makna yang sangat dalam. Untuk itu Pemkot Yogyakarta berkomitmen untuk menggelar PMPS 2010 ini berbeda, yaitu dengan menonjolkan sisi atraksi budaya termasuk berbagai ritual Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam sekaten tahun Dal 1943 yang hanya terjadi 8 tahun sekali.
Menurut Walikota hal ini bertujuan agar semua pihak lebih tahu dan paham tentang makna hakiki dari Sekaten itu sendiri. Inti sekaten dengan rangkaian kegiatannya sebagai pusaka budaya yang kita uri-uri kelestariannya. Demikian pula dengan ritual istimewa tahun Dal ini antara lain mbusanani Pusaka Dalem, pemangkasan pohon beringin, mbethak kendhil Kanjeng Kyai Mrica, njejak bata atau tembok banon dan keluarnya gunungan Brama pada pisowanan garebeg tahun Dal. (isma)
Sendratari yang dibawakan seniman Yogyakarta itu menyiratkan bahwa pelangi-pelangi persatuan terwujud didalam perbedaan warna-warni budaya yang bersahaja. Manunggaling Hujwala Suci merupakan satu langkah menuju kebersamaan dalam membangun bangsa ini. Bahwa sejauh mata memandang, terbentang warna-warni harapan budaya bangsa. Setiap nafas yang berdetak, membakar semangat untuk bersatu membangun bangsa.
Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X memukul kenong japan menandai secara resmi pembukaan PMPS yang bertepatan dengan tahun Dal 1943 ini. Rangkaian upacara pembukaan dilanjutkan dengan Gusti Kanjeng Ratu Pembayun menggunting untaian melati di gerbang utama.
PMPS yang akan berlangsung 15 Januari hingga 18 Februari 2010 ini mengusung tema “ Dengan Perayaan Sekaten 2010 Kita Perkokoh Kebersamaan Dalam Keberagaman Budaya Menuju Kemajuan Bangsa”. Berbagai kegiatan yang digelar dalam PMPS 2010 merupakan perpaduan antara perayaan Sekaten sebagai titik sentral kegiatan, dengan pameran produk-produk unggulan, pesta seni budaya, aneka pertunjukan, yang diharapkan akan mendapat dukungan masyarakat luas. PMPS juga diikuti oleh stan pemerintah.
Sultan HB X dalam sambutannya mengatakan, Perayaan Garebeg Mulud Tahun Dal 1943 yang merupakan tumbuk sewindu, memang memiliki kekhasan yang istimewa, ditandai prosesi “jejak bata” di pintu bagian selatan Masjid Agung.
“Secara simbolis prosesi itu menandai awal dimulainya Sekaten, yang memberikan penegasan kepada rakyat, bahwa Kasultanan Demak telah meninggalkan kepercayaan lain untuk kemudian angrasuk Islam sebagai agama resmi kasultanan sampai sekarang. Sehingga Kraton sering dianggap sebagai budaya Islam terpenting. Adalah sulit bagi saya untuk menegaskan yang demikian itu, masyarakatlah yang layak menilainya,” tuturnya.
Dijelaskan Sultan, Sesuai tematik, Sekaten tahun Dal ini perlu pemahaman, bahwa budaya itu sifatnya dinamis dan penuh keragaman, supaya kita tidak terperangkap pada monostereotipe yang statis dan tunggal. Setiap budaya punya sisi baik dan buruknya. Memadukan yang baik, menjadikannya sebagai sintetis baru adalah cara yang bijak, daripada menolaknya semena-mena. Terhadap budaya orang dan diri sendiri, filosofi yang baik adalah tidak merasa inferior, tetapi juga tidak merasa superior dengan budaya sendiri. Beranilah belajar dari budaya orang lain dan budaya sendiri.
Sementara Walikota Yogyakarta dalam sambutannya mengatakan, Keinginan untuk terus memberikan runag dakwah sekaligus melestarikan sejarah dan nilai-nilai adiluhung budaya Jawa, Pemkot Yogyakarta dengan penuh kesungguhan menggelar sebuah pesta rakyat Pasar Malam Perayaan Sekaten, yang merupakan kegiatan pendukung Hajad Dalem Perayaan Sekaten tahun Dal 1943.
Sekaten tahun Dal memiliki beberapa tradisi istimewa yang berbeda dengan tahun-tahun biasanya, dimana semua tradisi dan ritual yang digelar memiliki makna yang sangat dalam. Untuk itu Pemkot Yogyakarta berkomitmen untuk menggelar PMPS 2010 ini berbeda, yaitu dengan menonjolkan sisi atraksi budaya termasuk berbagai ritual Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam sekaten tahun Dal 1943 yang hanya terjadi 8 tahun sekali.
Menurut Walikota hal ini bertujuan agar semua pihak lebih tahu dan paham tentang makna hakiki dari Sekaten itu sendiri. Inti sekaten dengan rangkaian kegiatannya sebagai pusaka budaya yang kita uri-uri kelestariannya. Demikian pula dengan ritual istimewa tahun Dal ini antara lain mbusanani Pusaka Dalem, pemangkasan pohon beringin, mbethak kendhil Kanjeng Kyai Mrica, njejak bata atau tembok banon dan keluarnya gunungan Brama pada pisowanan garebeg tahun Dal. (isma)