Membangun Jogja Membangun Nilai

Membangun sebuah kota, ternyata tak sekedar membangun secara fisik saja. Seberapa banyak bangunan fisik dan seberapa mahal biaya yang dikeluarkan tak akan ada artinya tanpa dilandasi dengan menumbuhkan nilai-nilai kehidupan di dalamnya.

Beribu tong sampah yang dipasang di trotoar jalan tak akan ada artinya jika di dalam masyarakat tidak tumbuh rasa untuk menyadari akan nilai pentingnya menjaga kebersihan. Orang akan tetap seenaknya membuang sampah sembarangan. Beribu rambu lalu lintas yang dipasang di jalan tak akan berfungsi mengatur transporatsi apabila di dalam masyarakat tidak tumbuh rasa akan nilai disiplin berlalu lintas. Beribu tempat ibadah seakan mati dan sepi jika masyarakatnya tidak tumbuh rasa akan nilai ketaatan pada agama. Begitu juga dengan taman-taman kota, perpustakaan umum, sarana olah raga publik dan berbagai fasilitas umum lainnya.

Walikota Jogja Herry Zudiato mengatakan bahwa hal yang paling sulit dilakukan dalam membangun kota selama ini adalah membangun nilai. Membangun nilai sama artinya dengan membangun kesadaran. Kesadaran tumbuh dari dalam hati tanpa bisa dipaksakan.

Meski sulit, Pak Herry selalu berusaha membuat ajakan, menebarkan pesona, menggencarkan rayuan, terus dan terus....Terus maju pantang mundur membuat gerakan-gerakan untuk menumbuhkan nilai-nilai di dalam masyarakat yang dilakukannya dengan penuh keyakinan. Slow but sure...seluruh masyarakat Jogja dihasut dengan halus agar tumbuh kesadaran akan nilai-nilai kebaikan.

Beberapa gerakan yang dilakukan pada mulanya dihadang banyak tantangan, bahkan cemoohan. banyak orang sangsi, mereka tidak yakin bahwa apa yang dilakukan Pak Herry hanya sekedar fatamorgana yang hanya akan tampak berkilau sesaat sesudah itu hilang ditelang angin lalu.

Pada tahun-tahun pertama mengemban amanah sebagai walikota Jogja, Pak Herry segera menggencarkan kesadaran terhadap lingkungan yang hijau. Taman-taman yang asri di seluruh pelosok kampung hingga di pusat kota segera saja dibangun untuk menghijaukan kota. Bersamaan dengan itu Pak Herry tanpa bosan mengajak seluruh masyarakat Jogja untuk menjaga, merawat dan memperbanyak taman di lingkungannya. Julukan Wagiman pun segera disandangnya. Pak Walikota yang gila taman, begitu banyak orang menyebutnya.

Nilai kesadaran pentingnya lingkungan yang bersih, hijau dan asri dikampanyekan tidak saja dalam bentuk taman. Gerakan Sego Segawe (Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe) yang mengajak para pekerja dan anak sekolah untuk bersepeda ke tempat kerja dan sekolah, juga mengundang makna yang mendalam. Selain ramah lingkungan, bersepeda juga membuat badan lebih bugar. Nilai kesederhanaan juga tumbuh melawan arus hedonisme yang semakin menggila.

`Saya ingin Jogja terwujud sebagai kota yang benar-benar menjadi idaman. hal ini dapat tewujud nyata dengan banyak masyarakat mengikuti gerakan nilai-nilai, bukan seberapa banyak pemerintah kota membangun secara fisik`, tutur Herry Zudianto.






(Ismawati, Staf Bagian Humas dan Informasi Setda Kota Yk)