Cerita Tiga Srikandi Muda Masa Kini yang Harumkan Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta memiliki Kelas Khusus Olahraga (KKO) yang berada di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 13. SMP ini menjadi satu-satunya sekolah yang ditunjuk untuk menyelenggarakan KKO di Kota Yogyakarta. Dirintis sejak 2010, KKO di SMP Negeri 13 Yogyakarta ini menjadi tempat untuk mendidik atlet-atlet di Kota Yogyakarta.
Telah banyak bibit muda unggulan Kota Yogya yang dilahirkan dari Sekolah yang terletak di Minggiran, Suryodiningratan, Mantrijeron, Kota Yogyakarta ini, salah satunya adalah Arlin Naura Khalisa.
Pengalaman bertanding gadis cantik kelas 9 ini di kejuaraan panahan tidak perlu diragukan lagi. Di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda) XVI DIY Ia mampu menyabet medali emas cabang olahraga (cabor) panahan. Arlin mengikuti cabor panah kelas compound 50 meter.
"Alhamdulillah, saya beruntung bisa mendapat medali emas. Rasanya lega karena dalam pertandingan cukup berat dan menguras banyak energi," katanya belum lama ini.
Dari hasil pertandingan tersebut memotivasinya untuk terus meningkatkan kemampuan diri dalam memanah. Sebelumnya ia juga pernah mendapatkan beberapa medali seperti di Kejuaraan Daerah (Kejurda) di Gunungkidul dan Sleman, Arlin mendapatkan medali perak dan perunggu.
Ditemui usai bertanding, Arlin bercerita raihan itu tidak didapatnya dengan cara instan, Ia telah berlatih memanah sejak kelas dua Sekolah Dasar (SD), dan olahraga yang menjadi hobinya itu hingga kini masih setia ia ditekuni.
Meski begitu Arlin pada awalnya ikut berlatih panahan juga bukan semata-mata karena niat, namun karena ia sering diajak sang ayah melihat para atlet berlatih memanah di lapangan kopertis Yogyakarta.
"Awalnya dulu karena saya sering diajak Ayah melihat orang latihan memanah, jadi ketagihan, dari sana orang tua juga kasih dorongan, mereka mendukung penuh hobi saya," ungkap gadis 14 tahun ini.
Bercita-cita menjadi seorang atlet panahan, mendorong semangatnya untuk giat berlatih hingga membuahkan hasil membanggakan. Perasaan mencintai olahraga panahan semakin berkembang dalam diri Arlin, hingga ia mengungkapkan soal cita-citanya ingin ikut mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional lewat olahraga panahan.
Dalam mempersiapkan ajang Porda XVI DIY ini, ia terus melakukan latihan secara intensif, namun Arlin juga mempunyai rasa khawatiran jika mendekati hari pertandingan ia diterpa cedera yang membuatnya tidak bisa bertanding.
"Saya terus latihan secara rutin dan menjaga kondisi, khususnya menjaga supaya tidak cedera saat latihan, karena salah satu kendala atlet biasanya adalah cedera," ungkapnya.
Selain itu untuk melatih kekuatannya, Arlin rutin berlari, sit up, back up, dan latihan apa pun yang membuatnya maksimal saat pertandingan. Terik panas matahari tak membuatnya mundur. Baginya, matahari bukan halangan untuk tetap berlatih demi pancapaian tinggi.
Di ajang Porda XVI DIY menurutnya banyak atlet potensial yang menjadi saingan beratnya, namun Arlin juga punya cara tersendiri jika berhadapan dengan atlet yang lebih kuat darinya.
Sebisa mungkin ia bermain dengan lebih tenang, dan yang paling penting tidak menyepelekan siapapun lawannya. Dengan itu mental bisa jadi lebih kuat.
Menurutnya belajar memanah sesungguhnya juga melatih konsentrasi dan kesabaran, pun sebagai cara mengendalikan emosi dan mengendalikan diri. "Lima kabupaten kota punya kekuatan yang hampir merata. Jadi ya harus disiapkan dengan lebih matang, karena semua lawan tentunya berat," katanya.
Diakhir wawancara gadis yang mengidolakan Sara Lopez pemanah asal Colombia ini membagikan beberapa kunci suksesnya dalam meraih tujuan-tujuan dalam hidup. Pertama soal konsisten dan keteguhan menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Arlin mengatakan, ia tak pernah menyerah meski harus gagal berulang kali.
"Kunci sukses selanjutnya adalah untuk terus belajar. Kalau sudah tahu kapasitas lawan seperti apa, kita perlu berlatih dan belajar untuk bisa menyamai dan lebih baik darinya," urainya.
Dalam dunia memanah ini Arlin berambisi ingin sekali menorehkan banyak prestasi dan membawa pulang medali emas untuk Indonesia agar banyak masyarakat yang tahu olahraga ini.
Ia ingin panahan menjadi olahraga yang populer di Indonesia khususnya di Kota Yogyakarta. "Makin banyak orang yang tertarik. Jadi, makin besar pula kita melihat bakat-bakat pemanah Indonesia," jelasnya.
Selain Arlin, dua siswi lainnya yang mengharumkan Kota Yogyakarta adalah Irene Intan Muliasari dan Azkiya Sanie Nur Hidayah, mereka berdua juga merupakan siswa kelas 9 SMP Negeri 13 Yogyakarta.
Pada ajang tersebut Irene dan Sanie turun di cabor bola voli putri indoor. Posisinya juga tidak main-main, Irene sebagai tosser dan Sanie sebagai spiker. Meski dalam satu tim mereka paling muda, namun mereka mampu mengimbangi para seniornya.
Dalam ajang tersebut mereka juga menorehkan medali emas setelah menekuk lutut tim dari Kabupaten Sleman. Irene dan Sanie menyebut perhelatan Porda XVI DIY merupakan pengalaman terbaik yang pernah ia rasakan.
Sebelum di ajang Porda XVI DIY mereka juga pernah menorehkan berbagai prestasi, seperti Kejurda remaja juara 3, Popda voli pasir juara 2, Kejurda senior juara 2, dan Kejurda junior juara 2.
Sama seperti Arlin, kesuksesan mereka juga tidak dipetik begitu saja, namun ada proses panjang di belakangnya yang membuat mereka handal. Demi sukses menjadi atlet, terik matahari pun harus ditahannya saat berlatih. Beruntung mereka memiliki kedua orangtua yang setia menemani.
Bagi mereka, keluarga menjadi faktor utama keberhasilannya. Dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan kedua orangtuanya mampu membuatnya termotivasi untuk terus maju.
Setiap hari, usai pulang sekolah kedua gadis 15 tahun ini harus berlatih voli, dimana teman sebayanya mungkin tengah bermain atau beristirahat.
Selain menjalani latihan intensif, dua gadis ini juga selalu menjaga pola hidupnya agar mempunyai stamina dan kekuatan yang maksimal.
"Maksimal tidur jam 11 malam. Kalau untuk makan jangan lupa vitamin dan makan buah-buahan. Satu syaratnya juga jangan pernah terlambat, baik itu saat latihan atau pertandingan, kalau bisa malah datang lebih awal," ungkapnya.
Demi menumbuhkan kekompakannya di lapangan, Irene dan Sanie sering melakukan kegiatan santai seperti menikmati suasana Kota Yogyakarta bersama.
"Di luar tempat latihan, kami sering nongkrong bersama. Cari makan dan jalan-jalan bareng di seputaran Kota Yogyakarta," ujarnya.
Mereka berharap bisa terus mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi baik di ajang nasional maupun internasional.
Setelah Porda XVI DIY usai, mereka akan fokus berlatih untuk mempersiapkan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) tahun 2023.
Sebuah ungkapan usaha tidak akan mengkhianati hasil ini benar-benar dirasakan oleh mereka bertiga. Pengorbanan dan usaha tiga Srikandi masa kini ini pun terbayarkan lunas dengan medali emas yang dikalungkan di lehernya.
Selamat! Teruslah menjadi wanita inspiratif yang tangguh dan bersinar di kancah nasional maupun internasional. (Han)