Kelola Sampah Langsung Dari Sumbernya
Sebesar 70 persen produksi sampah di Kota Yogyakarta berasal dari rumah tangga. Karenanya Pemkot mengambil kebijakan Pengelolaan Sampah Mandiri sebagai salah satu solusi terbaik untuk mengatasi pertumbuhan sampah perkotaan. Dengan pengelolaan sampah mandiri ini diharapkan dapat dilakukan pemilahan dan pengolahan sampah di setiap rumah tangga.
Hal itu dipaparkan Ir Suyana Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta ketika membuka Diklat Fasilitator Pengelolaan Sampah, di Pasar Ikan Higienis Selasa (23/02). Diklat diikuti sebanyak 120 orang peserta dari warga masyarakat serta aktifis JARIPOLAH (Jaring Pengelola Sampah) Kota Yogyakarta, berlangsung selama 2 hari hingga Rabu. Dengan bekal ketrampilan teknis pengelolaan sampah, diharapkan dari pelatihan ini akan melahirkan fasilitator yang memiliki pengetahuan, memiliki komitmen tinggi dan mampu menggerakkan masyarakat tentang pengelolaan sampah.
Menurut Suyana, pada tahun 2011 nanti pihaknya mempunyai target paling tidak 50% rumah tangga di Kota Yogyakarta telah dapat mengelola sampah secara mandiri. Untuk itu Pemkot secara bertahap terus memfasilitasi bantuan composer bagi masyarakat agar dapat mengelola sampah mandiri di rumah tangga. Selain itu juga terus dilakukan edukasi bagi masyarakat untuk mendorongnya. Suyana juga berharap adanya peran yang besar dari pihak swasta agar dapat mempercepat proses pemasyarakatan pengelolaan sampah mandiri ini misalnya melalui program CSR (Coorporate Social Responsibility).
Sementara dijelaskan Dodi PS, aktifis Gerakan Budaya Bersih Yogyakarta, yang mengatakan, Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggungjawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang. Jarak rata-rata sumber sampah ke TPA adalah 20 km berlokasi di luar Kota Yogyakarta. Dengan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, ceceran air sampah yang terjadi selama pengangkutan sampah juga akan berkurang, dan biaya truk serta bahan baker juga akan jauh berkurang.
“Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia, seperti pernah terjadi di Leuwigajah 2005 dan Bantargebang 2006 lalu. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah rumah kita sendiri,” papar Dodi. (ism)
Hal itu dipaparkan Ir Suyana Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta ketika membuka Diklat Fasilitator Pengelolaan Sampah, di Pasar Ikan Higienis Selasa (23/02). Diklat diikuti sebanyak 120 orang peserta dari warga masyarakat serta aktifis JARIPOLAH (Jaring Pengelola Sampah) Kota Yogyakarta, berlangsung selama 2 hari hingga Rabu. Dengan bekal ketrampilan teknis pengelolaan sampah, diharapkan dari pelatihan ini akan melahirkan fasilitator yang memiliki pengetahuan, memiliki komitmen tinggi dan mampu menggerakkan masyarakat tentang pengelolaan sampah.
Menurut Suyana, pada tahun 2011 nanti pihaknya mempunyai target paling tidak 50% rumah tangga di Kota Yogyakarta telah dapat mengelola sampah secara mandiri. Untuk itu Pemkot secara bertahap terus memfasilitasi bantuan composer bagi masyarakat agar dapat mengelola sampah mandiri di rumah tangga. Selain itu juga terus dilakukan edukasi bagi masyarakat untuk mendorongnya. Suyana juga berharap adanya peran yang besar dari pihak swasta agar dapat mempercepat proses pemasyarakatan pengelolaan sampah mandiri ini misalnya melalui program CSR (Coorporate Social Responsibility).
Sementara dijelaskan Dodi PS, aktifis Gerakan Budaya Bersih Yogyakarta, yang mengatakan, Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggungjawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang. Jarak rata-rata sumber sampah ke TPA adalah 20 km berlokasi di luar Kota Yogyakarta. Dengan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, ceceran air sampah yang terjadi selama pengangkutan sampah juga akan berkurang, dan biaya truk serta bahan baker juga akan jauh berkurang.
“Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia, seperti pernah terjadi di Leuwigajah 2005 dan Bantargebang 2006 lalu. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah rumah kita sendiri,” papar Dodi. (ism)