HIJRAH YANG PENUH DAMAI
Hari Kamis Kliwon, tanggal 22 April 2010 pukul 09.00 merupakan momentum yang tidak akan dilupakan para pedagang Burung Pasar Ngasem Yogyakarta. Betapa tidak, saat itu adalah saat terakhir mereka berada di tempat itu setelah berpuluh-puluh tahun mengais rejeki di tempat yang sangat dekat dengan objek wisata Taman Sari itu.
Sejak pagi hari puluhan andong telah berjejer rapi di sepanjang jalan depan pasar Ngasem. Dua ekor kuda pacuan yang akan ditunggangi kepala Dinas Pengelolaan Pasar Drs. H. Achmad Fadli dan Ketua Paguyuban Pasar Hewan Konsep Sugiatno dan sebuah gerobak sapi sudah siap membawa penumpangnya menuju Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta ( PASTHY) di jalan Bantul Dongkelan Mentrijeron Yogyakarta.
Para penumpang berdandan rapi. Sang pria mengenakan sorjan (pakaian adat Jawa), dan para perempuan memakai kebaya. Semua tampak ganteng dan cantik. Usai upacara seremoni berupa sambutan dan doa tibalah saat yang sangat mendebarkan. Persiapan keberangkatan. Para pedagang telah berada di andong masing-masing. Tepat pukul sembilan kepala Dinlopas dengan suara keras mengajak para pedagang untuk mulai berhijrah ke pasar yang baru.
“ Kanca-kanca pedagang… Ayo podho hijrah neng Pasar Satwa lan Tanaman Hias sing anyar neng Dongkelan…..” ujar Fadli disambut teriakan ayo dan riuh tepuk tangan dari ratusan warga dan para pedagang satwa. Lambaian tangan dan teriakan haru selamat jalan terus terdengar sepanjang jalan menuju Dongkelan. Dari anak anak hingga orang dewasa tumpah ruah ke jalanan memberikan semangat mengantar kepergian sama saudaranya. Terlihat pula anak sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang didampingi para gurunya ikut mengantar para pedagang satwa. Sungguh sebuah hijrah yang sangat menyentuh kalbu. Terharu sekaligus menggembirakan.
Sesaat terdengar teriakan parau suara seorang yang menahan tangis dari dalam sebuah andong. “ Pak Darmo… Saiiki pasare uwis pindah… Mengko ketemu neng Dongkelan ya…”, ( Pak Darmo...sekarang pasarnya sudah pindah Nanti bertemu di Dongkelan ya...) kata ibu Sugiyem menyapa pak Darmo langganannya. Tanpa disadari Nyonya Sugiyem meneteskan air mata. Ketika ditanya mengapa menangis Ibu yang sudah berusia 50 tahun dan telah berjualan selama kurang lebih 35 tahun ini mengatakan dirinya merasa sedih karena harus berpisah dengan teman-temannya .”Ya Cuma semedhot aja, mas… Sedih sekali.. Bayangkan mas, Ibu sudah 35 tahunan disana (Ngasem) Dan sekarang harus pindah ditempat baru. Sedih sekali mas,” ujar Ny. Sugiyem sambil menyeka air mata Sugiyem menjelaskan dirinya sedih bukan karena harus dipindah ke Dongkelan tetapi sedih karena terpaksa harus berpisah dengan teman-temanya yang lain. Sugiyem menambahkan dirinya merasa senang pindah ke Dongkelan karena menurutnya di sana tempatnya lebih luas dan lebih leluasa bagi para pedagang dan pembeli.
Sugiyem juga berterima kasih kepada Pemerintah Kota Yogyakarta dan juga Sri Sultan Hamengku Buwono X yang telah menyiapkan tempat berdagang yang lebih baik. “Kulo matur nuwun sanget kalian Pak Walikota kalian Ngerso Dalem X ingkang sampun maringi papan ingkang langkung sae, tinimbang papan ingkang sampun. ( Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Walikota Yogyakarta dan Sri Sultan HB X yang telah memberikan tempat yang lebih bagus daripada tempat sebelumnya.)”, ujar Sugiyem yang mendapat 3 modul. Sugiyem berharap di tempat yang baru (PASTHY Dongkelan ) rejekinya akan bertambah lebih baik lagi.
Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutanya yang dibacakan Sekda Propinsi DIY, Drs. Tri Harjun mengatakan pasar Ngasem sudah menjadi bagian kehidupan Masyarakat Yogyakarta. Banyak Nostalgia yang mengiringi perjalanan pasar ini. Namun demi penataan terhitung tanggal 22 April 2010 keberadaan pasar Ngasem sebagai pasar burung tertua di Yogyakarta perlu direlokasi.
Sri Sultan mengajak para pedagang untuk tidak merasa resah dan kuatir. Namun harus menatap lokasi baru PASTHY ini secara positif. Para pedagang juga diyakinkan bahwa pemerintah sudah memperhitungkan secara cermat prospek pasar itu, termasuk lokasi yang jauh lebih layak dan lebih luas disbanding sebelumnya. Untuk diketahui bahwa PASTHY berdiri diatas lahan seluas 15.605 meter persegi dengan luas bangunan 5.500 meter persegi memiliki konsep pasar berwawasan lingkungan.
Sri Sultan berharap PASTHY Dongkelan tidak hanya bisa dimanfaatkan sebagai penggerak roda perekonomian masyarakat Yogyakarta bagian selatan dan masyarakat tetangganya yakni kabupaten Bantul. Sri Sultan juga berharap para pelaku usaha di PASTHY secara bersama menjaga ketertiban, keamanan, serta kebersihan lokasi. Dikatakan jika kondisi pasar nyaman, para pengunjung akan betah dan akan kembali lagi di lain waktu.
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto mengatakan hijrahnya para pedagang Burung Ngasem ke PASTHY Dongkelan Yogyakarta adalah ingin membangun harapan , ekonomi dan penataan yang lebih baik. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang bersejarah. Berkat kerjasama yang baik dan menyatunya hati semua pihak yang memiliki satu tujuan bersama yakni menuju sebuah kehidupan yang lebih baik mengakibatkan hijrah ini berjalan lancar sesuai dengan rencana. Herry menyampaikan rasa terimakasihnya kepada semua pihak terutama para pedagang burung pasar Ngasem yang telah berbuka hati dan mantap untuk direlokasi ke PASTHY.
Walikota mengatakan akan terus mengawal PASTHY dengan baik sehingga makin banyak lagi orang mengenalnya dan mau berdatangan ke PASTHY.
Walikota berharap semua pihak menjaga PASTHY dengan baik, terutama kebersihan lingkungan pasar. Walikota juga berpesan agar para pedagang selalu mengedepankan kejujuran dan saling percaya diantara para pedagang dan pembeli.
Hijrahnya pedagang burung pasar Ngasem ke PASTHY ditandai dengan penandatangan kesepakatan para pedagang dengan Pemkot untuk membudayakan pasar bersih dan ramah lingkungan, penandatangan prasasti oleh Walikota Yogyakarta, penanaman pohon asem oleh Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD, dan Muspida serta pelepasan burung dan peninjauan modul yang ada di PASTHY.
Kirab Hijrah pedagang burung Ngasem menuju PASTHY Dongkelan ini dihadiri oleh Ketua DPRD Kota Yogyakarta dan unsur DPRD Kota Yogyakarta, MUSPIDA Kota Yogyakarta, Para Pengusaha Swasta dan Direksi Bank, para kepala SKPD di Lingkungan Pemkot Yogyakarta di wilayah, Toko Masyarakat dan para undangan. (@mix)