Bermusik Hindari Kejenuhan Lansia di Panti Budhi Dharma
Umbulharjo - Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen untuk memberikan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia melalui UPT Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Yogyakarta. Panti Budhi Dharma beralamat di Jalan Ponggalan Blok UH VII No.203, Giwangan, Kemantren Umbulharjo.
Plt Kepala UPT Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma, Ari Arif Purnamawati menyampaikan UPT ini merupakan lembaga pelayanan yang melayani kaum lanjut usia yang memungkinkan mereka dapat menjalani hari tuanya dengan diliputi rasa kenyamanan serta ketentraman lahir dan batin. Pada awal tahun 2023 terdapat 61 lansia dengan rincian 37 lansia perempuan dan 24 lansia laki-laki serta dibantu perawat sejumlah delapan orang.
“Dalam melayani kaum lanjut usia ini tidak hanya kebutuhan pokok, namun juga mendampingi dalam hal keagaman dan keterampilan dengan mendatangkan narasumber namun pelatihan ini hanya sebatas kemampuan mereka yang tidak seperti masyarakat umum di usia produktif. Namun sebatas untuk mengisi waktu mereka saja,” ujarnya.
Lansia disediakan kebutuhan sehari – hari seperti sabun mandi, sabun cuci, shampoo, pasta gigi, dan juga gula. Selain itu lansia juga diberikan uang saku sebesar Rp 50.000 setiap bulannya untuk membeli keperluan tambahan yang dibutuhkan oleh lansia. “Selain dipenuhi kebutuhannya, lansia juga difasilitasi cek kesehatan dan juga kejiwaannya,” tambah Ari.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Terlantar Budhi Dharma, Anissusilohadi menjelaskan lansia yang berada di Panti Budhi Dharma merupakan hasil proses seleksi dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta. Adapun kriteria calon penghuni yaitu berusia di atas 60 tahun, dari keluarga tidak mampu, dan memiliki KTP Kota Yogyakarta serta mandiri.
“Ini kan lembaga pelayanan bukan perawatan, jadi yang dimaksud mandiri adalah beliau yang masih dalam kondisi sehat dan masih bisa melakukan aktivitas sendiri dalam kesehariannya,” jelasnya.
Dalam kesehariannya lansia dibedakan menjadi empat kategori yaitu lansia yang mandiri, yaitu lanisa yang masih bisa menjalani aktivitas sehari – hari sendiri seperti makan, minum, mandi dan juga menyuci. Lansia ini tinggal di wisma – wisma yang ada di depan. Kemudian lansia yang memiliki sakit yang cukup berat sehingga harus sering dipantau oleh perawat. Lansia ini tinggal di ruang Pra Observasi. Lansia yang sakit dan membutuhkan alat bantu untuk beraktivitas, lansia ini tinggal di ruang Observasi dan lansia yang untuk beraktivitas sehari – hari sudah harus dibantu karena tidak bisa melakukannya sendiri lagi. Lansia ini tinggal di ruang pengawasan atau Isolasi.
“Lansia disini juga memiliki jadwal kegiatan rutin setiap hari Senin sampai dengan Jumat, yang bertujuan agar lansia tidak jenuh. Tentu mereka akan jenuh jika kegiatannya hanya makan dan tidur setiap hari. Setiap hari Senin ada kegiatan bermusik, jadi mereka bisa berekspresi, Selasa ada kegiatan keagamaan dan keterampilan, kemudian hari Rabu ada senam lansia, hari Kamis kegiatan bimbingan keagamaan dan hari Jumat ada kerja bakti,” ungkapnya.
Salah satu perawat, Husen As Shobar (33) menceritakan dalam kesehariannya menjadi perawat merasa senang bisa bertemu dan berbagi cerita dengan para lansia. “Senang bisa bertemu dengan mereka, cerita-cerita mereka bisa jadi pembelajaran untuk saya,” ungkapnya. (Chi)