200 SISWA PENGURUS OSIS IKUT SOSIALISASI KESEHATAN REPRODUKSI
Sebanyak 200 siswa pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) tingkat SMA dan SMK dari 82 sekolah sekota Yogyakarta mengikuti sosialisasi kesehatan reproduksi remaja di ruang utama atas Balaikota Yogyakarta, Kamis, (28/10). Kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh Kantor Keluarga Berencana Kota Yogyakarta ini bertujuan memberikan informasi dan pemahaman yang baik dan benar tentang kesehatan reproduksi remaja bagi pelajar.
Kepala Kantor Keluarga berencana kota Yogyakarta Dra. Lucy Irawati menambahkan tujuan lain dari sosialisasi untuk menghindarkan remaja dari resiko seks bebas, penyalagunaan NAPZA dan HIV/AIDDS (triad KRR) serta mengingkatkan kepedulian masyarakat tentang pendidikan kesehatan reproduksi remaja. Lucy berharap kegiatan ini dapat membentuk kader penyuluh dari siswa itu sendir yang nantinya akan bertugas memberikan penyuluhan kepada teman-temannya.
“Ya, kami berharap dengan sosialisasi kesehatan reproduksi kepada pengurus OSIS ini muncul kader penyuluh baru dari kalangan siswa sendiri untuk menyampaikan dengan bahasa dan gaya mereka. Kalau disampaikan oleh teman mereka sendiri, pasti diterima dengan baik ketimbang disampaikan oleh guru atau orangtuanya,” ujar Lucy.
Lucy menambahkan Kantor KB Kota Yogyakarta berencana akan membentuk Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Kesehatan Reproduksi Remaja di sekolah-sekolah dengan melibatkan, guru Bimbingan dan Konseling dan para pengurus OSIS. Lucy berharap melalui pengurus OSIS ini sosialisasi kesehatan reproduksi dapat disebar ke seluruh siswa. Ditambahkan tahun 2010 ini, sudah ada tiga sekolah yakni SMK Negeri 2, SMA N. 2 dan SMA Muhammadyah 3 telah memiliki PIK Kesehatan Reproduksi. Target yang ditetapkan Kantor KB Kota Yogyakarta sampai dengan tahun 2011 minimal 8 sekolah. “ Kami menargetkan tahun depan sudah ada 8 sekolah yang sudah memiliki Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja,” ujar Lucy. Untuk memuluskan rencana ini pihaknya telah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah yang akan bakal menjadi PIK remaja.
Ditambahkan, setelah membentuk PIK R di sekolah selanjutnya kantor KB akan mendidik konselor dan pendidik sebaya yang diambilkan dari para siswa sekolah itu sendiri. Mereka ini bakal dididik menjadi konselor bagi teman-temannya di sekolah . Menurut Lucy, apabila para konselor dan pendidik sebaya berasal dari para siswa sendiri, diharapkan ada keterbukaan dari para remaja untuk menyampaikan permasalah kesehatan reproduksi dengan teman mereka sendiri.
Lucy juga menjelaskan selain kegiatan sosialisasi kepada para siswa Kantor KB juga mengadakan kegiatan Jambore yang berbasis pada masyarakat dan siswa untuk mendiskusikan tentang kesehatan reproduksi.
Sementara itu, Wakil Walikota Yogyakarta, H. Haryadi Suyuti dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Bidang Kepemerintahan, Ir. Widorisnomo berharap sosialisasi kesehatan reproduksi ini bisa meningkatkan kesadaran pelajar kota Yogyakarta tentang arti penting kesehatan reproduksi remaja dan menghindarkan remaja dari perilaku beresiko yang tidak diharapkan.
Suyuti menambahkan banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya kasus kesehatan reproduksi remaja. Kurangnya informasi dan pengetahuan para remaja tentang perkembangan seksual dan pubertas merupakan penyebab yang perlu mendapatkan perhatian. Dikatakan masalah kesehatan reproduksi remaja saat ini telah mendapatkan perhatian pemerintah Indonesia. Bahkan dalam konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994 telah ditandatangani sebuah kesepakatan untuk penanganan masalah ini. Selain itu, pemberian informasi kesehatan reproduksi sejak dini bagi remaja di semua segmen diyakini merupakan salah satu cara efektif menekan permasalahan remaja.
Kegiatan sosialisasi ini menghadirkan pembicara ibu Tri Kirana Muslidatun, S.Psi yang mengusung materi Fenomena Seks Pranikah Dan Peran Orang Tua Dalam Pendampingan Remaja dan Dr. AM. Sajarwadi, M. Kes yang membawakan materi berjudul Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Pelajar.
Tri Kirana Muslidatun memberikan tips agar remaja terhindar dari seks pranikah yakni remaja harus mempelajari pola-pola perilaku seksual yang diakui oleh lingkungan serta nilai – nilai sosial sebagai pegangan dalam memilih teman hidup. Remaja juga harus belajar mengekspresikan cinta pada lawan jenisnya dan belajar memainkan peran sesuai jenis kelaminnya sebagaimana diakui oleh lingkungan. (@mix)