Gerakan Zero Sampah Anorganik Mulai Berdampak Kurangi Volume Sampah Kota
UMBULHARJO- Gerakan zero sampah anorganik yang digulirkan Pemerintah Kota Yogyakarta sejak Januari 2023, mulai membuahkan hasil awal. Terbukti mulai ada penurunan volume sampah di Kota Yogyakarta yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan. Meski demikian sosialisasi dan ajakan gerakan zero sampah anorganik terus digencarkan di masyarakat.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto menyebut sudah mulai ada penurunan volume sampah berkisar 15 ton/hari. Jumlah itu masih berdasarkan perhitungan secara keseluruhan volume sampah dari Kota Yogyakarta yang dibawa ke TPA Piyungan. Belum merinci pengurangan berdasarkan jenis sampah organik, anorganik dan residu.
“Sudah mulai ada pengurangan volume sampah. Ini menjadi awal yang baik,” kata Sugeng saat dikonfirmasi, Selasa (10/1/2023).
Sebelum gerakan zero sampah anorganik berlaku, volume sampah dari Kota Yogyakarta yang dibawa ke TPA Piyungan mencapai sekitar 260 ton/hari. Pihaknya mengakui volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan itu masih ada yang tercampur antara organik dan anorganik. Itu karena masyarakat masih diperbolehkan membuang sampah residu yaitu sampah anorganik yang membutuhkan penangan khusus untuk daur ulang dan tidak memiliki nilai jual. Misalnya sampah popok, pembalut dan tisu.
“Makanya proses sosialisasi dan edukasi ke masyarakat untuk memilah sampah terus seiring berjalan untuk membiasakan perubahan perilaku dalam mengelola sampah,” tambahnya.
Menurut Sub Koordinator Kelompok Substansi Penanganan Persampahan DLH Kota Yogyakarta Mareta Hexa Sevana volume sampah yang berkurang itu kebanyakan adalah jenis sampah anorganik. Hal tersebut karena sudah banyak sampah anorganik yang dikelola di wilayah melalui bank-bank sampah. Kegiatan panen sampah yakni penimbangan sampah yang terkumpul dari para nasabah juga semakin cepat.
“Dari laporan warga di kampung-kampung sekarang bank sampah lebih cepat panen. Biasanya butuh waktu berbulan-bulan bisa panen, sekarang seminggu bahkan kurang sudah bisa panen,” papar Mareta.
Dia menjelaskan indikator lain terhadap pengurangan sampah anorganik juga dirasakan pemulung atau perosok sampah di depo-depo. Dicontohkan biasanya para pemulung beraktivitas dari pagi sampai siang sudah penuh satu karung bagor. Tapi sekarang mereka harus menunggu sampai sore baru bisa memenuhi satu karung bagor.
Meskipun sudah ada penurunan volume sampah Pemkot Yogyakarta tetap menggencarkan sosialisasi gerakan zero sampah anorganik di masyarakat. Untuk edukasi kepada para pelaku usaha diampu oleh dinas terkait. Misalnya untuk hotel dan restoran diampu Dinas Pariwisata, toko, mal, waralaba dan pasar di bawah Dinas Perdagangan.
“Kebanyakan sosialisasi sekarang sudah sampai di level RW. Mulai minggu depan akan merambah ke level RT jadi lebih luas. Untuk sektor kegiatan dan usaha menjadi tanggung jawab masing-masing OPD pembina,” pungkasnya.(Tri)