PEMKOT JOGJA HIBAHKAN 75 JUTA RUPIAH UNTUK PENELITIAN
“Produk penelitian tidak hanya menjadi barang dokumentasi, tetapi lebih penting dapat diimplementasikan dalam kehidupan bagi masyarakat Kota Yogyakarta. Karenanya tema penelitian selalu diperjelas dan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang diinginkan masyarakat,” Hal itu disampaikan Kepala Bappeda Kota Yogyakarta, Ir Aman Yuriadijaya ketika membuka Seminar Hasil Penelitian Jaringan Penelitian di Balaikota, Selasa (14/12).
“Saya sangat berharap produk penelitian ini sekarang dan kedepan diselaraskan dengan kebutuhan real. Untuk itu diperlukan proses evaluasi dari produk penelitian, apakah dari tahun ke tahun secara real mampu termanfaatkan dan menghasilkan output yang jelas bagi masyarakat. Kita akan melihat outcome-nya. Implementasi di masyarakat seperti apa adakah perubahan akibat treatmen dari penelitian ini. Saya harap seminar ini menghasilkan sesuatu yang berarti, dapat menjadi pemacu dan pemicu agar produk penelitian dapat termanfaatkan bagi masyarakat,” tandasnya.
Ketua Jaringan Penelitian Hajar Pamadi mengatakan, “Nama Jarlit Kota Yogyakarta sudah dikenal di seantero Bappeda se-Indonesia. Hasil penelitian di Kota Yogyakarta selalu dianggap bonafit dan valid. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2000 hingga sekarang berkonsep metadata sehingga dapat direalisasikan di seluruh SKPD di Pemkot Yogyakarta sebagai dasar pengambilan kebijakan. Penelitian yang dilakukan juga bersifat tematis selalu menyesuaikan tematik pembangunan Kota Yogyakarta. Saya berharap SKPD tidak malas membaca hasil penelitian,” ujarnya.
Seminar ini merupakan ekspose dari hasil penelitian hibah jaringan penelitian tahun 2010 yang mengusung tema “Kota Yogyakarta sebagai Kota Yang Tertata Rapi, Dengan Tingkat Polusi Rendah, Dan Didukung Dengan Pelayanan Yang Optimal.” Dari 76 proposal yang diterima Bappeda Kota Yogyakarta terpilih 12 nominasi yang berhak untuk mendapat bantuan hibah. Total dana hibah yang diberikan sebesar 75 juta rupiah. (isma)
“Saya sangat berharap produk penelitian ini sekarang dan kedepan diselaraskan dengan kebutuhan real. Untuk itu diperlukan proses evaluasi dari produk penelitian, apakah dari tahun ke tahun secara real mampu termanfaatkan dan menghasilkan output yang jelas bagi masyarakat. Kita akan melihat outcome-nya. Implementasi di masyarakat seperti apa adakah perubahan akibat treatmen dari penelitian ini. Saya harap seminar ini menghasilkan sesuatu yang berarti, dapat menjadi pemacu dan pemicu agar produk penelitian dapat termanfaatkan bagi masyarakat,” tandasnya.
Ketua Jaringan Penelitian Hajar Pamadi mengatakan, “Nama Jarlit Kota Yogyakarta sudah dikenal di seantero Bappeda se-Indonesia. Hasil penelitian di Kota Yogyakarta selalu dianggap bonafit dan valid. Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2000 hingga sekarang berkonsep metadata sehingga dapat direalisasikan di seluruh SKPD di Pemkot Yogyakarta sebagai dasar pengambilan kebijakan. Penelitian yang dilakukan juga bersifat tematis selalu menyesuaikan tematik pembangunan Kota Yogyakarta. Saya berharap SKPD tidak malas membaca hasil penelitian,” ujarnya.
Seminar ini merupakan ekspose dari hasil penelitian hibah jaringan penelitian tahun 2010 yang mengusung tema “Kota Yogyakarta sebagai Kota Yang Tertata Rapi, Dengan Tingkat Polusi Rendah, Dan Didukung Dengan Pelayanan Yang Optimal.” Dari 76 proposal yang diterima Bappeda Kota Yogyakarta terpilih 12 nominasi yang berhak untuk mendapat bantuan hibah. Total dana hibah yang diberikan sebesar 75 juta rupiah. (isma)