PEMKOT JOGJA WACANAKAN RAPERDA KEBANGSAAN
Bermula dari keprihatinan akan nilai-nilai kebangsaan yang dirasa semakin meluntur Pemkot Yogyakarta mewacanakan untuk menelorkan raperda tentang pelestarian dan pengembangan nilai-nilai kebangsaan.
“Saat ini orang tidak lagi bangga dengan merah putih, tapi justru bendera kelompok, bendera partai dan bendera produk iklan lebih mendominasi pada setiap perhelatan acara-acara yang digelar masyarakat. Seprti ketika terjadi bencana gempa 2006 lalu, bendera parpol dan bendera kelompok lebih mendominasi daripada Merah Putih. Pada hari besar nasional antusiasme masyarakat untuk memasang bendera merah putih juga mulai memudar,” jelas Kabag Hukum Pemkot Yogyakarta, Basuki Hari Saksono,SH di ruang kerjanya Balaikota, Senin (3/01)
“Anak sekolahpun saat ini tidak lagi hapal lagu wajib nasional tapi justru lebih hapal dengan lagu-lagu populer. Keadaan ini menggambarkan bahwa nilai-nilai kebangsaan di kalangan masyarakat terasa mulai luntur,” jelasnya.
Saat ini rencana itu masih dalam tahapan persiapan. Pada tahap awal pihak Pemkot Yogyakarta akan membentuk tim penyusun raperda yang terdiri dari unsur akademisi, instansi vertical, kanwil hukum dan HAM, serta SKPD terkait. Diharapkan pada pertengahan tahun ini sudah bisa dikirim ke DPRD Kota Yogyakarta untuk dibahas lebih lanjut.
Walikota Yogyakarta Herry Zudianto pada awal tahun lalu telah membuat gerakan menumbuhkan semangat kebangsaan di kalangan PNS Pemkot Yogyakarta. Kewajiban mengenakan atribut dan pin Merah Putih berlaku tidak hanya karyawan PNS, tapi juga bagi mereka yang non PNS seperti tenaga bantu dan tenaga kontrak. Begitu pula dengan mobil dinas yang juga wajib ditempelkan bendera Merah Putih di kaca belakang selain identitas khusus berupa tulisan “Pemkot Yogyakarta”.
Walikota menyadari, beberapa tahun terakhir ini kebebasan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa lebih dihargai. Kebebasan berpolitik, kebebasan berpendapat, lebih terbuka tanpa ada tekanan, larangan maupun ancaman. Namun di tengah semua kebebasan tersebut, Merah Putih diatas segala-galanya. Jangan sampai kepentingan-kepentingan politik, kesukuan, golongan sampai bertentangan dengan Merah Putih. “Utamakan Merah Putih,” pesan beliau. (ism)
“Saat ini orang tidak lagi bangga dengan merah putih, tapi justru bendera kelompok, bendera partai dan bendera produk iklan lebih mendominasi pada setiap perhelatan acara-acara yang digelar masyarakat. Seprti ketika terjadi bencana gempa 2006 lalu, bendera parpol dan bendera kelompok lebih mendominasi daripada Merah Putih. Pada hari besar nasional antusiasme masyarakat untuk memasang bendera merah putih juga mulai memudar,” jelas Kabag Hukum Pemkot Yogyakarta, Basuki Hari Saksono,SH di ruang kerjanya Balaikota, Senin (3/01)
“Anak sekolahpun saat ini tidak lagi hapal lagu wajib nasional tapi justru lebih hapal dengan lagu-lagu populer. Keadaan ini menggambarkan bahwa nilai-nilai kebangsaan di kalangan masyarakat terasa mulai luntur,” jelasnya.
Saat ini rencana itu masih dalam tahapan persiapan. Pada tahap awal pihak Pemkot Yogyakarta akan membentuk tim penyusun raperda yang terdiri dari unsur akademisi, instansi vertical, kanwil hukum dan HAM, serta SKPD terkait. Diharapkan pada pertengahan tahun ini sudah bisa dikirim ke DPRD Kota Yogyakarta untuk dibahas lebih lanjut.
Walikota Yogyakarta Herry Zudianto pada awal tahun lalu telah membuat gerakan menumbuhkan semangat kebangsaan di kalangan PNS Pemkot Yogyakarta. Kewajiban mengenakan atribut dan pin Merah Putih berlaku tidak hanya karyawan PNS, tapi juga bagi mereka yang non PNS seperti tenaga bantu dan tenaga kontrak. Begitu pula dengan mobil dinas yang juga wajib ditempelkan bendera Merah Putih di kaca belakang selain identitas khusus berupa tulisan “Pemkot Yogyakarta”.
Walikota menyadari, beberapa tahun terakhir ini kebebasan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa lebih dihargai. Kebebasan berpolitik, kebebasan berpendapat, lebih terbuka tanpa ada tekanan, larangan maupun ancaman. Namun di tengah semua kebebasan tersebut, Merah Putih diatas segala-galanya. Jangan sampai kepentingan-kepentingan politik, kesukuan, golongan sampai bertentangan dengan Merah Putih. “Utamakan Merah Putih,” pesan beliau. (ism)