Marbot Masjid Sebuah Pengabdian dan Jalan Meraih Cita-cita (Seri 1)
Sudah tidak asing bila mendengar kata marbot. Marbot adalah sebutan seseorang yang diberi tugas untuk merawat dan membersihkan masjid, mulai dari mengepel, menyapu lantai dan halaman, bahkan sampai bertanggung jawab dalam hal ibadah sholat.
Selain bertugas untuk membersihkan masjid, marbot juga bertanggung jawab akan kelancaran shalat di masjid tersebut. Bila muazin yang telah dijadwalkan belum datang, tugas tersebut diambil alih oleh marbot.
Tak hanya sebagai pengingat shalat, marbot juga merupakan ruh dari sebuah rumah ibadah. Marbot merupakan salah satu pekerjaan dengan tanggung jawab yang besar sebab menyangkut kemaslahatan umat muslim.
Di zaman sekarang pekerjaan sebagai marbot tidak hanya diminati oleh para orang tua saja. Banyak generasi muda yang juga tertarik dengan pekerjaan mulia ini.
Seperti yang dikisahkan seorang marbot Masjid Pangeran Diponegoro Yogyakarta yang bernama Anung Winahyu, seorang pemuda yang tetap bisa meraih mimpinya dengan bekerja sebagai marbot.
Dengan mengenakan kemeja warna hitam, ia duduk bersila, dan mulai bercerita kisahnya yang diberikan amanah sebagai marbot di masjid yang berada di komplek Balaikota Yogyakarta ini.
Pria 31 tahun ini mengatakan awalnya ia mendapat informasi bahwa Masjid tersebut membutuhkan marbot yang bertugas untuk menjaga kebersihan masjid.
"Saya mendapat informasi dari ustadz saya, lalu saya daftar. Alhamdulillah saya diterima. Saya resmi menjadi marbot pada bulan Desember 2016," ungkapnya saat ditemui di Masjid Pangeran Diponegoro beberapa waktu lalu.
Sejak saat itu ia mulai menetap di Masjid. Pengabdiannya untuk menjaga rumah Allah justru membawa berkah tersendiri. Masjid menjadi sarana strategis baginya dalam pengembangan diri atau karakter.
Di situ, ia bisa berinteraksi dengan jamaah lain sehingga jiwa sosialnya terbentuk. Dengan menetap di masjid ia juga bisa menjaga perilaku dan terhindar dari pergaulan bebas.
Dari marbot ini pula ia termotivasi meneruskan pendidikannya ke jenjang kuliah. Sekolah Tinggi Agama Islam Masjid Syuhada (STAIMS) Yogyakarta menjadi pilihannya.
"Saya melihat teman-teman marbot banyak yang nyambi kuliah, dari situ saya termotivasi, akhirnya saya ambil jurusan pendidikan agama islam di STAIMS Yogyakarta," bebernya.
Saat ditanya bagaimana caranya membagi waktunya antara kuliah dan profesinya menjadi marbot. Bapak satu anak ini mengatakan setiap hari Senin sampai Jumat ia fokus menjalani profesinya sebagai marbot, lalu pada hari Sabtu ia gunakan untuk kuliah.
"Saya ambil kelas khusus karyawan, jadi kuliahnya hanya hari Jumat sore dan hari Sabtu," jelasnya.
Berkah Allah SWT untuknya tidak berhenti sampai disitu, dari profesinya ini Anung dipertemukan oleh Alfi Uswatun Chasanah yang telah resmi menjadi istrinya sejak tahun 2020.
Menjadi seorang marbot dibutuhkan ketekunan dan keikhlasan, layaknya merawat rumah. Dari tangannya ini lah lantai masjid selalu terlihat kinclong, hingga tempat berwudhu dan pekarangan masjid pun bersih.
Ia melakukan profesinya ini tanpa pamrih dan tak mengharapkan imbalan apapun. Meski begitu pengurus masjid tetap memberikan upah/insentif untuknya.
Dalam menjalankan hidupnya, ia memiliki tujuan yakni mengikuti perintah dan ajaran Allah untuk menggapai jannah. Amanah apapun yang diberikan ia kerjakan dengan sungguh-sungguh.
Anung juga selalu istiqomah melakukan satu hal yang mendatangkan manfaat untuk orang lain. Baginya, membantu orang lain dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama yang membutuhkan.
"Sebab segala kesulitan akan menemukan jalan karena Allah SWT sebaik-baiknya penolong. Insya Alloh bila kita bekerja secara ikhlas, Gusti Allah tidak tidur dan akan memberi apa yang kita butuhkan," ucapnya.
Kebahagiaan Marbot Jamaah Melimpah Nyaman Beribadah
Sebagai marbot Anung tak serta merta hanya bertugas menjaga kebersihan masjid saja, ia juga bertugas membantu semua kegiatan masjid.
"Saya ikut bantu-bantu kegiatan di masjid. Misal takmir mengadakan pengajian, dalam kegiatan itu tidak ada pembawa acaranya, siap gak siap harus jadi pembawa acara," ungkapnya.
Ia juga bercerita perbedaan menjadi marbot ketika bulan ramadan dibanding pada saat hari biasa adalah banyaknya kegiatan yang diselenggarakan di masjid. "Saat bulan ramadan kegiatan masjid lebih banyak dibanding pada saat hari biasa," ujarnya.
Selain bulan ramadan, kegiatan paling sibuk adalah pada saat hari raya Idul Adha, sejak matahari belum terbit, ia dan pengurus masjid sudah harus mempersiapkan Salat Ied yang akan digelar pagi hari.
Kemudian mengikuti berbagai prosesi penyembelihan hewan kurban, dan yang paling melelahkan adalah ketika membersihkan semua sisa-sisa penyembelihan yang ada di sekitar masjid.
Kepada seluruh marbot Anung berpesan agar tetap semangat dan ikhlas dalam mengharap ridho Allah. "Karena barangsiapa yang membersihkan masjid Insya Allah, Allah bangunkan rumah di surga," tandasnya. (Han)