Pemkot Yogya dan BMKG Perkuat Mitigasi Bencana pada Sektor Pariwisata
Gondomanan - Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo menghadiri penandatanganan Memorandum Of Understanding (MOU) antara Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dan Ketua DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi (PUTRI) DIY GKR Bendara tentang, Penyediaan dan Pemanfaatan Informasi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam rangka mendukung kepariwisataan di wilayah DIY di Taman Pintar Yogyakarta, Selasa (15/8/2033).
Kegiatan ini sekaligus sebagai rangkaian perayaan Hari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (HMKG) Ke-76 dan Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-78.
Salah satu bentuk komitmen Pemerintah Kota Yogyakarta dalam upaya menanggulangi bencana di Kota Yogyakarta dengan menguatkan mitigasi bencana melalui Kampung Tangguh Bencana (KTB). Program ini merupakan bagian dari memberikan layanan kebencanaan dan kesiapan dari kampung untuk menghadapi bencana.
Hal ini disampaikan oleh Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo yang berharap, tidak hanya kesiapan dari warga Kota Yogyakarta saja tetapi kesiapan mitigasi bencana dari wisatawan yang datang ke Kota Yogya.
"Saya berharap, jangan hanya warga saja, tetapi juga wisata yang sedang berada di Kota Yogyakarta menjadi point penting dilakukan mitigasi kebencanaan agar semua siap dalam menghadapi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi,"jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta dari segi mitigasi kebencanaan relatif paling siap daripada daerah Indonesia lainnya.
“Kami menegaskan bahwa dari segi mitigasi bencana Provinsi DIY dan Kota Yogyakarta relatif paling siap daripada Indonesia lainnya. Seperti Gempa, tsunami, ataupun cuaca ekstrim tidak hanya di Kota Yogyakarta yang mengalaminya, namun hampir merata di seluruh Indonesia. Termasuk sumber daya manusianya, bagaimana mitigasi gempa tsunami lebih siap disini,” jelasnya.
Menurutnya, potensi wisata yang tinggi dan lokasi perbukitan maupun kawasan pantai yang ada di wilayah DIY menyimpan potensi kebencanaan seperti cuaca ekstrim, longsor, gempa bumi bahkan tsunami.
Untuk itu, kegiatan ini diharapkan mampu memberikan pengertian bagi pemangku kepentingan terutama di sektor pariwisata agar memiliki langkah mitigasi sesuai dengan karakteristik bencana yang mungkin terjadi.
“Setiap Lokasi memiliki potensi resiko bencana yang berbeda. Upaya mitigasi diharapkan mampu meningkatkan value dari sebuah tempat wisata, serta meminimalisir resiko korban jiwa maupun materil jika terjadi bencana,” ujar Dwikora. (Hes)