Terapkan 3R Pemkot Ajak Milenial Peduli Lingkungan
GEDONG TENGEN - Sampai saat ini masalah persampahan di Kota Yogyakarta masih menjadi tantangan yang harus terselesaikan. Upaya penyelesaian sampah ini dilakukan terus menerus oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogya bekerjasama dengan Forum Bank Sampah.
Salah satunya dengan Aksi Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA) berbasis kelompok masyarakat melalui bank sampah se-Kota Yogyakarta yang kini sudah terbentuk sebanyak 666 bank sampah yang aktif berkegiatan dalam pengelolaan sampah anorganik.
Adapun Gerakan Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja yang juga menjadi upaya pengurangan sampah di Kota Yogyakarta.
Harapannya, dengan menggandeng seluruh bank sampah di seluruh RW di Kota Yogyakarta dapat mengaktifkan bank sampah lainnya secara efektif.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya saat menjadi narasumber Seminar Lingkungan Solusi Olah Sampah dengan tema ‘Zero Waste Olah Sampah melalui Kelompok Masyarakat Bank Sampah, Selasa (5/12) di Hotel Royal Darmo Malioboro Yogyakarta.
“Semakin tumbuhnya bank sampah di Kota Yogyakarta tidak bisa berjalan tanpa adanya dukungan dari masyarakat. Sehingga kekuatan menyelesaikan permasalahan sampah ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tetapi juga dari aspek perubahan perilaku sosial di masyarakat,”jelas Aman saat sambutan.
Untuk diketahui, pengelolaan zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak masyarakat untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak. Dengan harapan, dapat mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Sehingga ke depannya, sampah tidak berakhir di TPA, namun dapat dimanfaatkan dan bernilai serta membantu melestarikan alam.
Oleh karenanya, pada kesempatan ini, Ia mengajak kaum milenial untuk ikut mengelola sampah dengan bijak. Dimana zero waste ini memiliki konsep berupa penerapan 3R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) yang mudah dilakukan oleh masyarakat khususnya kaum milenial atau generasi Z.
“Sehingga gerakan zero waste ini dapat menjadi mindset agar masyarakat melakukan perubahan gaya hidup yang lebih memperhatikan bahaya dan permasalahan sampah di Kota Yogyakarta dengan memanfaatkan bank sampah sebagai langkah pengelolaan sampah,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala DLH Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengungkapkan, selain menggencarkan GZSA di seluruh wilayah di Kota Yogyakarta, pemerintah juga mengoptimalkan fungsi TPS3R di Nitikan serta Karangmiri sebagai pusat edukasi pemilahan sampah bagi masyarakat.
Tak hanya itu, sampai saat ini inovasi Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja juga terus dilakukan.
Sehingga dengan berbagai upaya yang dilakukan ini mampu menurunkan angka sampah yang terbuang ke TPST Piyungan sebanyak 150 ton per hari. Jumlah tersebut berkurang jauh dibandingkan dengan tahun 2022 mencapai 300 ton per hari.
“Kota Yogyakarta terus berupaya untuk mengelola sampah mandiri dengan target 100 persen sampah dapat dikelola. Sehingga pembuangan sampah ke TPST Piyungan dapat terus berkurang,”ungkapnya.
Ia berharap, keterlibatan partisipasi aktif masyarakat dan bank sampah sebagai agen perubahan yang memiliki peran yang strategis terus dilakukan dan menjadikan Kota Yogyakarta zero sampah ke depannya.
Salah satu peserta sekaligus sebagai Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri, Purnomo mengungkapkan, pemerintah melalui DLH Kota Yogyakarta sangat membantu warga terutama dalam mengelola sampah dengan berbagai macam cara.
Penguatan ini juga didukung dengan adanya bank sampah. Ia berharap, jumlah bank sampah semakin meningkat dan terus gencar gerakan pengelolaan sampah dari hulu dan hilir. Sehingga dapat mengurangi potensi sampah ke depannya.
“Saya berharap, pemerintah dan seluruh masyarakat bersama-sama mengelola sampah. Terutama mengajak generasi muda untuk peduli dengan pengelolaan sampah ini. Sehingga di tahun-tahun mendatang masalah sampah ini terselesaikan,”ujarnya. (Hes)