Event Kewilayahan Perkuat Pengembangan Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogya
Ngampilan – Ada tiga hal utama yang menjadi isu strategis perihal kebudayaan di Kota Yogyakarta yaitu tata ruang, pembangunan manusia dan pembangunan ekonomi, yang ketiganya saling berkaitan khususnya dari sudut pandang keistimewaan.
Hal itu dikatakan Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya pada Senin (18/12) di Hotel Cavinton dalam kegiatan FGD Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Menurutnya wilayah Kota Yogyakarta yang 70 persennya masuk dalam satuan ruang strategis, tidak lepas dari isu tata ruang yang juga akan berpengaruh pada pembangunan manusia dan ekonomi masyarakat.
“Dari 32,8 kilometer persegi luas wilayah Kota Yogyakarta hampir 70 persen masuk dalam kawasan cagar budaya atau satuan ruang strategis, yang dari hal ini memunculkan satu daya saing juga tantangan, dimana dalam pengembangan kawasan cagar budaya yang berujung pada kesejahteraan masyarakat, harus berada pada koridor konservasi menjaga aspek kelestariannya,” terangnya.
Pihaknya mengatakan contohnya branding kawasan Kotabaru yang dimulai di tahun 2023, dengan mengedepankan tetap aspek tata ruang kawasan cagar budaya, dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat juga kualitas sumber daya manusia di sekitarnya, melalui berbagai event budaya dan pariwisata.
“Setelah kawasan Kotabaru, di tahun 2024 nanti juga akan dimulai pengembangan satuan ruang strategis Pakualaman dan Kotagede, serta tindak lanjut dari komitmen Pemkot Yogyakarta terkait pelestarian Sumbu Filosofi, yang dari semua kegiatan tersebut tidak hanya berkaitan dengan aspek budaya saja tapi juga pariwisata, sosial dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Sejalan dengan itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, branding kawasan cagar budaya menjadi satu isu yang masih akan menjadi bagian dari program kegiatan di tahun 2024. Termasuk Kawasan Kotagede yang didukung dengan kehadiran Taman Budaya Embung Giwangan, yang pembangunan tahap I rampung di akhir tahun 2023.
“Pengembangan kawasan cagar budaya selain diperkuat dengan event utama juga berbasis kewilayahan, melalui 7 Kelurahan Budaya juga 31 rintisannya, dengan kegiatan rutin kebudayaan yang melibatkan seniman dan budayawan di wilayah dengan fokus regenerasi anak mudanya. Seperti kampung menari, festival dalang cilik, kethoprak dan kegiatan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu Wakil Dewan Kebudayaan Kota Yogyakarta Fahmi Prihantoro menyampaikan apresiasi atas berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkot Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan, dalam pelestarian dan pengembangan budaya di Kota Yogyakarta.
“Selama satu tahun membersamai Dinas Kebudayaan dalam melaksanakan berbagai kegiatan kebudayaan juga seni tradisi dan sastra sangat baik, karena anak-anak muda diberikan ruang untuk tampil dan berperan untuk keberlanjutan kebudayaan Kota Yogyakarta, termasuk juga pengembangan kawasan cagar budaya Kotabaru yang harapannya dapat terus berlanjut,” ungkapnya. (Jul)