Menengok Pengelolaan Sampah Jadi ‘RDF’ di TPS 3R Nitikan Yogya
UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan desentralisasi pengolahan sampah secara mandiri setelah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan ditutup. Pada tahap awal pengolahan sampah dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS 3R) Nitikan dengan kapasitas 75 ton/hari. Sampah itu salah satunya diolah menjadi bahan bakar alternatif Refused Derived Fuel (RDF).
Kesibukan aktivitas memilah sampah dan suara mesin langsung menyambut saat Tim Warta YK, menengok pengolahan sampah di TPS 3R Nitikan, pada Selasa (14/5/2024). Tumpukan sampah bercampur dan berbau dibongkar di atas mesin conveyor belt lalu dipilah para petugas di TPS 3R Nitikan. Mesin conveyor belt itu lalu membawa sampah ke mesin penghancur untuk memisahkan lagi sampah organik dan sampah anorganik seperti plastik. Setelah itu sampah anorganik masuk ke mesin penggilingan untuk dicacah menjadi bahan bakar alternatif RDF.
Ya itulah gambaran suasana pengolahan sampah di TPS 3R Nitikan setiap harinya. Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Ahmad Haryoko mengatakan di TPS 3R Nitikan menyiapkan dua jenis mesin yaitu satu modul mesin RDF dan 3 mesin gibrig. Mesin RDF menghasilkan produk RDF sebagai bahan bakar alternatif. Mesin gibrig untuk memilah sampah organik dari sampah anorganik dan hasilnya bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
“Sampah dari depo maupun TPS yang masuk di Nitikan ditimbang beratnya dan asal sampahnya dicatat lalu dilakukan pemilahan. Dipilah diambil barang-barang (sampah) yang tidak bisa masuk ke mesin misalnya karet,kain, besi dan kayu-kayu besar,” kata Haryoko di TPS 3R Nitikan.
Dia menjelaskan sampah yang telah dipilah petugas di atas mesin conveyor lalu masuk ke mesin crusher untuk memisahkan sampah yang ringan dan berat. Sampah organik yang berat akan dibawa mesin conveyor ke area organik. Sedangkan yang anorganik ringan seperti plastik akan keluar terlempar masuk ke mesin penggilingan RDF. Sampah anorganik plastik yang telah dicacah itu lalu didiamkan dalam suhu ruang selama dua hari. Setelah itu sampah siap menjadi RDF.
“Lokasi ini (TPS 3R) ini kita maksimalkan untuk pengolahan sampah yang istilahnya sampah baru. Kalau sampah lama berhari-hari itu sudah berbau dan itu yang kita kerja samakan dengan swasta,” paparnya.
Dia menyebut dalam sehari TPS 3R Nitikan mampu mengolah 75 ton sampah. Dari sampah itu yang langsung bisa diolah menjadi RDF sekitar 35 ton dan sekitar 20 ton membutuhkan proses pengeringan dulu, serta sisanya adalah residu. Ada sekitar 165 orang yang bertugas di TPS 3R Nitikan yang terbagi dalam dua sif dari pukul 06.00-18.00 WIB.
Hasil pengolahan sampah menjadi RDF tersebut lalu dikirim ke Cilacap, Kendal dan Pasuruan untuk digunakan sebagai bahan bakar alternatif di pabrik semen. “Kita sudah bekerja sama dengan PT SBI yang ada di Cilacap dalam hal pengelolaan penggunaan RDF,” ujar Haryoko.
Pihaknya berharap masyarakat tetap melanjutkan gerakan zero sampah anorganik dan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja atau Mbah Dirjo. Sampah-sampah anorganik dibawa ke bank sampah dan sampah anorganik diolah dengan biopori atau lainnya, sehingga sampah yang dibawa ke depo adalah sampah residu seperti popok, pembalut dan kemasan yang tidak laku di bank sampah. “Kalau masyarakat sudah memilah dan yang dibuang hanya residu itu akan memudahkan kami untuk mengolah menjadi RDF,” imbuhnya.
Haryoko menyatakan produksi sampah di Kota Yogyakarta sekitar 180 ton/hari. Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta juga tengah membangun TPS 3R seperti Nitikan di Kranon dan di Karangmiri yang ditargetkan segera beroperasional. Selain itu Pemkot Yogyakarta mengupayakan bekerja sama dengan pihak swasta dalam pengolahan sampah sejak April sekitar 30 ton dan akan ditingkatkan.
Salah satu petugas di TPS 3R Nitikan Saryanto mengakui tantangan terberat dalam mengolah sampah adalah bau sampah. Terutama saat membongkar sampah yang kebanyakan masih bercampur antara sampah organik dan anorganik. Ia berharap masyarakat bisa melakukan pemilihan untuk mempercepat proses pengolahan sampah.
”Harapannya ke masyarakat (sampah) harus dipilah dari rumah tangga. Kalau sudah di sini (sudah dipilah) bisa plastik nanti bisa langsung dibuat dicacah digiling,” ucap Saryanto yang sudah sepuluh tahun bergelut sampah di DLH Kota Yogyakarta.(Tri)