Pemkot Yogya Targetkan Prevalensi Stunting Kurang Dari 10 Persen
KOTAGEDE - Dalam rangka mewujudkan Kota Yogyakarta bebas stunting, Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Yogyakarta terus melakukan evaluasi guna memaksimalkan kinerja TPPS Kota Yogyakarta sehingga prevalensi stunting mencapai angka kurang dari 10 persen.
Hal ini disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta Sarmin saat membuka kegiatan Rapat Evaluasi Tim Percepatan Penurunan Stunting Kota Yogyakarta Semester 1 Tahun 2024, di Pecel Yojo, Kotagede, Selasa (9/7).
Upaya yang dilakukan juga mendukung target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia Tahun 2020 - 2024 yang harus mampu menurunkan prevalensi stunting di angka 14 persen.
Dimana Kota Yogyakarta sendiri, menurut Data Pemantauan Status Gizi melalui Capaian Intervensi Serentak, per tanggal 30 Juni 2024, nilai prevalensi stunting di angka 10,6 persen. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan prevalensi tahun 2023 yaitu di angka 11,8 persen.
“Setelah dilakukan evaluasi bersama OPD multisektoral yang tergabung dalam TPPS Kota Yogyakarta, kami melihat memang masih ada kekurangan yang harus segera terselesaikan. Namun terlepas dari hal tersebut, kami selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk bersama-sama menuntaskan permasalahan stunting di Kota Yogyakarta walaupun saat ini angka prevensinya menurun dibandingkan tahun kemarin,”jelas Sarmin saat diwawancarai.
Pihaknya optimis Kota Yogyakarta di tahun 2024-2025 mencapai target prevalensi stunting di angka kurang dari 10 persen.
“Kita berharap, nantinya capaian intervensi di akhir tahun 2024 atau awal tahun 2025 mencapai prevalensi bisa di bawah 10 persen,”ungkapnya.
Untuk itu, Ia berharap, dari 73 indikator yang menjadi evaluasi bersama TPPS Kota Yogyakarta dapat menjadi upaya bersama dalam penurunan stunting di Kota Yogyakarta.
Selaras dengan hal tersebut, Penyuluh Keluarga Berencana (KB) di Kemantren Gedong Tengen Widyastuti mengungkapkan, dalam menurunkan angka stunting di Kota Yogyakarta perlu dukungan dari orang tua dan keluarga.
Pihaknya mengungkapkan, masih banyak orang tua yang belum sadar pentingnya pemenuhan gizi pada anak dan pola asuh yang tepat. Sehingga dapat menunjang penurunan angka stunting.
“Kita sudah melakukan pendampingan secara maksimal ke wilayah. Namun masih ada perilaku pola asuh yang perlu ditingkatkan. Harapannya keluarga ikut memperhatikan untuk memberikan gizi seimbang pada anak mereka. Sehingga bisa memenuhi kebutuhan anak,”ungkapnya.
Selain memberikan pendampingan, dalam upaya penurunan stunting di setiap wilayah dilakukan pemberian asam folat, Vitamin A dan Fe (zat besi), ANC (Ante Natal Care) terpadu, pemberian konseling gizi, makanan tambahan untuk ibu hamil Kekurangan Energi Kronik (KEK), Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi balita, suplemen zink dan imunisasi, suplementa isi Tablet Tambah Darah (TTD), serta kelas calon pengantin dan skrining kesehatan.
Tak hanya itu, adapun dapur balita dan pendampingan balita, pendampingan ibu, parenting serta penyediaan air minum menjadi upaya langsung yang dilakukan dalam rangka mewujudkan zero stunting.
Dalam kesempatan ini, Widyastuti mengatakan, Kemantren Gedong Tengen juga memiliki Program Cegah Stunting Seribu Hari (Ceting Buhari) untuk membantu pemerintah dalam menurunkan angka stunting di wilayah.
Pihaknya berpesan kepada seluruh orang tua untuk rutin membawa anaknya ke posyandu. Jika berat badan balita tidak kunjung naik segera bawa ke Puskesmas terdekat.
“Semoga dengan upaya yanh dilakukan, orang tua juga ikut memantau pertumbuhan anak melalui posyandu secara gratis yang sudah dilakukan setiap bulannya. Sehingga dapat menekan angka stunting di Kota Yogyakarta,”imbuhnya. (Hes)