OPSI Kembangkan Kemerdekaan Berpikir Untuk Belajar Meneliti
Gondomanan - Pemerintah Kota Yogyakarta konsisten menumbuhkan budaya literasi dan penelitian di kalangan para pelajar. Salah satunya dibuktikan dengan penyelenggaraan pameran dan lomba Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) SMP/MTS tingkat Kota Yogyakarta yang rutin digelar setiap tahun. Pada OPSI SMP/MTS tingkat Kota Yogyakarta tahun 2024 yang digelar 16-17 Juli di Taman Pintar menampilkan berbagai karya penelitian di bidang sains, sosial dan teknik.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Tyasning Handayani Shanti menyampaikan OPSI berfokus pada peningkatan karakter ilmiah melalui kegiatan olimpiade dalam rangka mengembangkan kemerdekaan berpikir siswa untuk belajar meneliti. Melalui kegiatan ini, kepedulian peserta didik terhadap lingkungan sekitar, termasuk menggali potensi sumber daya lokal yang memiliki dampak global untuk terus ditumbuhkan.
Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Tyasning Handayani Shanti membuka pameran OPSI 2024
“Ide-ide dalam penelitian ini digali dari berbagai gejala, peristiwa, dan potensi yang ada di lingkungan sekitar. Anak-anak dapat mengaktualisasikan minat, bakat dan kreativitas,” tutur Tyasning pada acara Pembukaan Pameran OPSI Tahun 2024 di Taman Pintar, Selasa (16/7).
Penampakan alat pembakaran berbasis krematorium
Lomba OPSI tahun 2024 diikuti 90 kelompok pelajar dari 27 sekolah di Kota Yogyakarta. Bidang ilmu yang dilombakan dalam OPSI adalah IPA dan lingkungan, bidang IPS dan kemanusiaan, serta bidang teknik dan rekayasa. Karya hasil penelitian yang ditampilkan antara lain bata dari sampah plastik, alat pembakaran sampah plastik ramah lingkungan, mie instan dari centella asiatica dan lain sebagainya.
Peserta OPSI 2024 dari SMPN 9 Yogyakarta, Raudhatul Haya dan Mutiara Nur Alif
Salah satu peserta OPSI dari SMPN 9 Yogyakarta mengusung penelitian dengan menciptakan alat pembakaran sampah berbasis krematorium. Alat ini merupakan hasil karya Raudhatul Haya dan Mutiara Nur Alif. Ini menjadi salah satu upaya mengurangi sampah plastik yang semakin meningkat.
“Di Kota Yogyakarta masih banyak yang melakukan pembakaran sampah yang mengakibatkan asap polusi dan abu yang berserakan. Dengan alat ini, masyarakat bisa melakukan pembakaran sampah namun tidak membuat polusi udara dan abu ini bisa dimanfaatkan menetralkan ph tanah sehingga tanah akan menjadi lebih subut,” ujar Mutiara Nur Alif.
Mutiara menjelaskan alat pembakaran ini dapat digunakan untuk skala rumah tangga. Plastik-plastik yang berukuran kecil atau yang tidak laku dijual dapat dibakar sendiri. Alat ini menggunakan jelantah sebagai bahan bakar dan asap yang dihasilkan akan dibuang ke penampungan air melalui cerobong asap. (Chi)