Hadapi Musim Hujan, BPBD Pastikan Semua EWS Berfungsi

 

Umbulharjo - Sebagai upaya preventif menghadapi musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta menggelar simulasi alat peringatan dini banjir atau Early Warning System (EWS), yang dipantau dari Ruang Pusdalops PB serta beberapa titik EWS BPBD Kota Yogyakarta yang berada di sejumlah sungai, pada Selasa (8/10).

 

Kepala Bidang Pencegahan Kesiapsiagaan dan Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Yogyakarta Aki Lukman Nor Hakim mengatakan simulasi EWS bertujuan untuk memastikan semua EWS yang terpasang di bantaran sungai berfungsi. Ada lima titik lokasi yang akan dilakukan simulasi yakni di Sungai Buntung titik EWS di Karangwaru Lor, Sungai Winongo titik EWS di Ketanggungan, Sungai Code titik EWS di Ledok Macanan, Sungai Belik titik EWS di Klitren Lor, dan Sungai Gajah Wong titik EWS di Prenggan

 

“Kami telah memasang EWS di 23 titik sungai yang tersebar di Kota Yogya. 20 EWS ini terdiri dari 17 EWS manual dan 6 EWS otomatis. Dan dari 6 EWS otomatis ada tiga yang baru terpasang di Sungai Belik dan Sungai Buntung,” ujar Aki saat memantau simulasi dari ruang Pusdalops.

 

Pemantauan cctv sungai di ruang pusdalop

 

Ada dua jenis EWS yang digunakan, yaitu EWS otomatis dan manual. EWS otomatis akan langsung berbunyi ketika ketinggian air sungai mencapai batas yang telah ditentukan, yaitu indikator merah (awas). Sementara EWS manual bekerja melalui pemantauan langsung oleh petugas BPBD Kota Yogyakarta. Dalam sistem manual ini, ketinggian air sungai dipantau melalui CCTV di kantor BPBD. Ketika ketinggian air mulai meningkat, petugas segera memberikan peringatan bahaya kepada masyarakat melalui pengeras suara di lokasi EWS.

 

“Kita punya pos pemantauan yang berlokasi di Ngentak, Sinduharjo, Sleman yang dijadikan ujung tombak untuk mengantisipasi potensi bahaya akibat curah hujan yang tinggi. Kemudian kita punya pos di Terban, Sungai Code. Jadi, kalau di pos terjadi peningkatan debit bisa dipantau, alirannya seberapa lama sampai sungai Code. Kalau ketinggian air sungai mencapai indikator merah maka petugas di Pusdalops akan memberi sinyal kepada warga. Dengan begitu, masyarakat pun dapat mempersiapkan diri," jelas Aki.

 

Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tetap tenang dan waspada serta aktif memantau kondisi ketinggian air, terutama saat musim hujan tiba. Keaktifan masyarakat dalam pemantauan sangat penting, terlebih lagi dengan adanya Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang telah dibentuk di wilayah rawan bencana. Dengan kolaborasi antara sistem peringatan dini dan kesadaran masyarakat, risiko bencana banjir dapat ditekan seminimal mungkin.

Ketua KTB Prenggan Arif Maaruf meninjau lokasi EWS

 

Sementara itu, Ketua KTB Prenggan, Arif Maaruf, menyatakan bahwa pihaknya telah mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi bencana alam. Ia mengungkapkan bahwa beberapa peralatan yang diperoleh dari hibah telah rusak, namun peralatan tersebut sudah diganti atau telah ditemukan solusi lain sehingga tidak menghambat proses evakuasi.

 

“Kami sudah beberapa kali mengadakan pelatihan, pengembangan kapasitas anggota KTB. Terakhir kami melakukan pelatihan pembuatan peta bencana dan rawan bencana, spesifiknya membuat jalur evakuasi, penentuan titik kumpul dan kepada siapa saja yang harus dihubungi ketika terjadi kebencanaan,” ujarnya. (Chi)