Pameran Lukisan 'Titik Nol', Menyusuri Filosofi Kota Yogya dalam Karya Seni Kontemporer

NGAMPILAN - Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto menghadiri dan secara simbolis membuka Pameran Seni Rupa ‘Titik Nol’ yang diinisiasi dari Kelompok Seni Dong Jene, bertempat di Ndalem Poenakawan Yogyakarta, Sabtu (26/10).
Dalam kesempatan tersebut, Sugeng mengapresiasi  para pelukis dan perupa yang telah menampilkan karya-karyanya, sebagai hasil karya masterpiece seniman lokal di Kota Yogyakarta.
Pihaknya berharap, pameran tersebut menjadi ekspresi para seniman di Kota Yogyakarta, serta sebagai wahana untuk meningkatkan kreativitas masyarakat terhadap karya seni kontemporer itu sendiri. 

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto saat melihat karya seni para pelukis di Ndalem Poenakawan Yogyakarta.

“Kami melihat karya-karya yang ditampilkan pada hari ini, merupakan bentuk kecintaan dan kepedulian masyarakat terhadap Kota Yogyakarta. Dimana sudut-sudut pembuatan lukisan menjadi point of view yang menunjukkan kesehari, kesederhanaan kehidupan masyarakat atau fenomena tertentu yang dengan jeli ditangkap oleh sang seniman,”jelas Sugeng Purwanto saat memberikan sambutan.
Sugeng juga memberikan ucapan terima kasih  atas inisiatif dari panitia, bahwa sebagian dari hasil penjualan lukisan akan dimanfaatkan untuk penyediaan tong sampah ramah lingkungan tanpa asap. 
“Kita ketahui bahwa saat ini Kota Yogyakarta bersama kabupaten-kabupaten di sekitarnya, sedang dalam masa di mana kita bersama berupaya mengentaskan permasalahan sampah. Terima kasih atas perhatian dari panitia. Semoga inisiatif ini dapat menciptakan Kota Yogyakarta bersih dan nyaman,”ujarnya.
Pihaknya menjelaskan, Kota Yogyakarta setiap harinya menghasilkan sampah dengan volume kurang lebih 250 ton sehari. Dari jumlah tersebut, paling tidak 120 ton residu sampah anorganik dapat diolah di TPS3R Nitikan, Karangmiri dan Kranon.

Pameran 'Titik Nol' ini akan berlangsung tanggal 26-31 Oktober 2024.

Sisanya akan diupayakan untuk diproses di insinerator, dan diolah menjadi Refused Derived Fuel (RDF) untuk suplementasi batu bara bahan bakar PLTU. “Sehingga, kita masih ingin merangkul dan menghimbau masyarakat untuk memilah sampah. Baik melalui Gerakan Organikkan Jogja, Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori ala Jogja (Gerakan Mbah Dirjo) maupun Gerakan Zero Sampah Anorganik. Harapannya, Kota Yogyakarta dapat menjadi kota yang nyaman, aman, maju dan sejahtera secara berkelanjutan,”ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Pameran Lukisan dengan tema ‘Titik Nol’ Prima Laksana mengungkapkan, pameran diikuti kurang lebih 39 pelukis dari 16 artis dari pemula hingga maestro mulai tanggal 26-32 Oktober 2024. 
Pihaknya menjelaskan, tema Titik Nol melambangkan awal mula harapan baru, dan sejarah bagi Kota Yogyakarta.
Sehingga, momentum ini menjadi inovasi dan memiliki peran penting dengan adanya identitas budaya di Kota Yogyakarta.
“Melalui pameran ini masyarakat dapat mencintai dan menikmati seni. Dimana, seni tak terpisahkan dalam kehidupan. Selain itu, kegiatan ini menjadi wadah dan inspirasi  untuk memperkuat Kota Yogyakarta sebagai Kota Seni dan Kota Budaya yang terus berkembang,”ungkapnya.

Dalam kegiatan ini, sebagian dari hasil penjualan lukisan akan dimanfaatkan untuk penyediaan tong sampah ramah lingkungan tanpa asap. 

Selanjutnya, Kurator Pameran, Aa Nurjaman mengatakan, pameran ini menampilkan karya-karya hasil olah seni para seniman mulai dari pemula hingga maestro, diantaranya Artha Pararta Dharma, Nasirun, Sujadiono, Iwan Widianto, GRAJ Artie Ayya Fatimasari Wironegoro, Ananta Widi Satya (Ituk), Triadiwijaya (Trio), Addi Soelisttio, Donny Trianto, Eddie Basoeki, Rimawan Andono (Donas), Setiawan Cahyono (Wawan), Tico Tedja  Neik EL Fuady, Yulhendri, Sardiman serta Ayu Putri Rivira.
Dimana karya-karya mereka mengungkapkan makna filosofi Kota Yogyakarta.
Ia berharap, melalui pameran ini, baik pelukis pemula dan maestro bisa bersilaturahmi dan berkolaborasi.
Sehingga dapat menghasilkan karya seni yang nantinya dapat dikolaborasikan bersama. “Diharapkan, para pelukis baik pemula dan maestro ini bisa bekerjasama. Bukan hanya dalam kegiatan ini saja, tetapi ada unsur pembelajaran dan penurunan filosofi untuk seniman muda yang nantinya bisa menjadi benang merah antara karya kekinian dan karya dulu,”katanya. (Hes)