Olimpiade Demokrasi Ingatkan Generasi Muda Pentingnya Berdemokrasi
Umbulharjo - Sebanyak 10 tim dari 7 SMA dengan nilai tertinggi berhasil melaju ke babak Grand Final Olimpiade Demokrasi 2024 yang diselenggarakan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Yogyakarta. Babak puncak ini menggunakan format cerdas cermat dengan skema 1 sekolah melawan 1 sekolah, yang digelar di Ruang Bima, Kompleks Balai Kota Yogyakarta pada Rabu (30/10). Dalam kompetisi ini, para peserta akan diuji dengan materi sejarah kemerdekaan, peristiwa demokrasi pasca-kemerdekaan, lembaga negara, sistem demokrasi, serta pengetahuan lokal kedaerahan.
Kepala Bakesbangpol Kota Yogyakarta, Nindyo Dewanto, menyampaikan bahwa 10 tim yang berhasil lolos merupakan pelajar-pelajar terbaik yang diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan demokrasi di Indonesia.
“Tujuan dari acara ini adalah memberikan media belajar praktis yang tidak hanya berasal dari buku pelajaran, tetapi juga dari kegiatan seperti ini yang relevan dengan situasi di masyarakat. Misalnya, setelah kemarin ada pemilu, ke depan kita menghadapi pilkada. Jadi, acara ini sangat relevan dengan realitas demokrasi yang sedang berjalan,” ujarnya.
Finalis Grandfinal Olimpiade Demokrasi 2024
Nindyo juga mengingatkan para peserta untuk tetap rendah hati, serta mengingatkan bahwa demokrasi bukanlah ilmu eksak yang kaku, melainkan konsep yang dinamis dan cair. “Demokrasi itu tidak seperti 1+1=2, tetapi harus dipahami dengan luwes. Harapan kami, generasi muda di Yogyakarta semakin sadar pentingnya demokrasi," tambahnya.
Ia menambahkan bahwa kondisi demokrasi di Yogyakarta sudah tergolong baik dengan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 2024 yang meningkat hingga 84 persen. Namun, Bakesbangpol Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus meningkatkan kesadaran berdemokrasi bagi generasi muda melalui berbagai program, termasuk Olimpiade Demokrasi.
“Kami berharap partisipasi pemilih akan terus naik dan anak-anak bisa lebih memahami demokrasi. Ini juga menjadi bahan evaluasi bagi kami dalam menyusun program-program ke depan,” katanya.
Kepala Bakespol Kota Yogya, Nindyo Dewantoro memberikan arahan kepada para finalis grandfinal
Salah satu peserta dari SMA 5 Yogyakarta, Aufa Fadilla Nurysnainia, mengungkapkan bahwa ia dan timnya telah menyusun esai yang mengangkat tema pemilihan di era digital sehingga dapat lolos masuk kedalam 10 besar.
“Esai yang kami tulis ini dipraktikkan dengan pemilihan OSIS menggunakan e-voting di SMA N 2 Yogyakarta, jadi kami praktekan di sekolah lain. Kami simpulkan bahwa e-voting lebih efisien dan efektif karena tidak mengeluarkan biaya besar dibandingkan pemungutan suara dengan kertas,” ujarnya.
Aufa bersama timnya, berhasil meraih juara dua
Pihak juga telah mempersiapkan diri dengan mempelajari kisi-kisi yang diberikan. Usaha keras yang telah dilakukannya berhasil membuahkan hasil sehingga meraih juara 2.
“Kami sudah mempelajari materi pemilu, pilkada, demokrasi, sejarah kebangsaan dan pengetahuan umum terkait seni daerah. Namun, ada beberapa pertanyaan tak terduga yang mengingatkan kita untuk lebih ‘highlight’ hal-hal umum di sekitar kita,” kata Aufa.
Aufa juga menyebutkan bahwa olimpiade demokrasi ini menjadi ruang pembelajaran yang inspiratif bagi anak muda agar semakin aktif dalam memahami dan berpartisipasi dalam demokrasi. (Chi)