Dukung Pelestarian Pemkot Minta Warga Daftarkan Naskah Kuno di Masyarakat
JETIS- Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap naskah kuno atau nusantara. Salah satunya dengan mengadakan seminar regional bertema meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya naskah nusantara sebagai warisan budaya. Pemkot Yogyakarta mengimbau masyarakat yang memiliki naksha kuno untuk didaftarkan ke Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Kota Yogyakarta.
Menurut Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sugeng Purwanto naskah kuno atau nusantara menjadi sumber informasi yang berharga dalam rangka memahami peradaban, budaya dan sejarah bansa. Tidak hanya mencerminkan cara berpikir pada sejarah masa lalu. Tapi juga merekam peristiwa penting yang membentuk identitas dan tradisi budaya. Naskah kuno juga sebagai jembatan antar generasi untuk mengakses pemikiran di masa lalu.
“Selain itu dalam rangka memberikan wawasan tentang nilai-nilai dan norma sosial. Melalui naskah kuno diharapkan kita bisa memahami perkembangan bahasa, sastra dan bahkan sistem pemerintahan,” kata Sugeng saat membuka seminar naskah nusantara di Hotel Khas Tugu, Kamis (31/10/2024).
Sugeng menyatakan sesuai amanah Undang Undang, Perpustakaan Nasional menempatkan pelestarian dan pengembangan, pemanfaatan bahan perpustakaan dan naskah kuno nusantara menjadi salah satu sasaran strategi pembangunan secara literasi tahun 2025-2029. Pada tingkat Kota Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta telah menetapkan Peraturan Daerah nomor 11 tahun 2022 tentang perpustakaan dan Peraturan Wali kota nomor 24 tahun 2024 tentang petunjuk pelaksanaan Perda nomor 11 tahun 2022. Termasuk Keputusan Wali Kota Yogyakarta nomor 306 tahun 2024 tentang penetapan petunjuk teknis pendaftaran, pemberian penghargaan, perlindungan dan pendayagunaan naskah kuno.
“Adanya beberapa regulasi ini tentunya harapan kita menjadi satu bukti bahwa naskah kuno di Kota Yogyakarta harus dilindungi dan dilestarikan. Di sisi lain masyarakat wajib mendaftarkan naskah kuno yang dimiliki kepada pemerintah sebagai upaya bersama-sama melestarikan dan mendayagunakan untuk kepentingan kita bersama,” tuturnya.
Selain itu memerlukan dukungan dari berbagai pihak instansi terkait, komunitas, pemerhati naskah dan lembaga-lembaga lain dan masyarakat. Sugeng menegaskan dalam rangka pentingnya naskah kuno, Pemkot Yogya memandang pentingya penyelenggaraan seminar regional agar keberadaan naskah kuno di Kota Yogyakarta dapat terus diidentifikasi, dilindungi , dilestarikan dan dielaborasikan dengan daerah lain untuk bisa lebih didayagunakan.
Sementara itu Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Yogyakarta Afia Rosdiana mengatakan seminar regional itu diadakan karena amanat dari Undang Undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan di mana melestarikan naskah kuno menjadi salah satu tugas perpustakaan. Sejak layanan Gantari diluncurkan akhir September, salah satu layanannya yaitu katalog naskah kuno yang mampu menghimpun koleksi naskah kuno tidak hanya dari DIY, tapi juga dari Banten.
“Harapannya dengan adanya seminar ini bisa memberikan peningkatan pemahaman khususnya kesadaran bagi kita tentang arti penting dari naskah nusantara. Naskah kuno di lembaga seperti Kraton, Puro Pakualaman, Balai Bahasa sudah terkelola dengan baik. Yang menjadi tantangan adalah naskah-naskah kuno atau nusantara di masyarakat,” papar Afi.
Salah satu narasumber seminar Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X menyampaikan di Puro Pakualaman maupun di Kraton Yogyakarta adalah tempatnya naskah-naskah kuno karena memang dulu para leluhur yang membuat naskah kuno itu. Menurutnya dalam naskah kuno itu tidak hanya terkandung ajaran atau filosofi, tapi juga gambar-gambar atau iluminasi yang dibuat dengan tangan. Dalam seminar itu GKBRAy Paku Alam X memaparkan karya batik salah satunya yang terinspirasi dari iluminasi Bathara Indra dalam naskah kuno Sestradisuhul.
“Pada masa sekarang masyarakat harus tahu naskah kuno dengan filosofi yang terkandung di dalamnya. Betapa bagusnya. Monggo-lah kita tahu manfaatnya untuk generasi muda. Naskah kuno Pakualaman saya sosialisasikan dengan media batik. Saya mengambil tema Bathara Indra yang dipakai untuk pernikahan anak saya yang kedua,” ucap GKBRAy Adipati Paku Alam X.(Tri)