Serahkan Alat Bantu, Pemkot Dukung Disabilitas Capai Kemandirian
Umbulharjo - Sebanyak 44 penyandang disabilitas di Kota Yogyakarta menerima alat bantu kesehatan melalui program Jaminan Kesehatan Khusus (Jamkesus) terpadu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Program ini bekerja sama dengan Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial (Bapel Jamkessos) bertujuan untuk memberikan dukungan kesehatan kepada masyarakat dengan disabilitas fisik, agar mereka dapat lebih mandiri dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Bantuan alat bantu kesehatan ini diserahkan secara simbolis oleh oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono. Salah satu penerimanya, Faris Fadhli Domily, warga Kemantren Kraton sekaligus atlet disabilitas menerima bantuan alat bantu berupa kaki palsu. Ia mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya menerima bantuan ini. Menurutnya, ragam alat bantu yang disediakan pemerintah sangat membantu, baik untuk keperluan sehari-hari di rumah maupun aktivitas di luar rumah.
"Saya merasa dirangkul oleh pemerintah. Ini bukan pertama kalinya saya mendapat bantuan alat bantu pada 2018 lalu saya juga pernah menerima bantuan serupa. Bantuan ini sangat berarti karena penyandang disabilitas selalu membutuhkan alat bantu dalam berbagai situasi,” tutur Faris saat ditemui setelah penyerahan alat bantu kesehatan di Grha Pandawa Komplek Balai Kota Yogyakarta, Rabu (13/11).
Faris juga aktif berprestasi di bidang olahraga angkat beban. Tahun ini, ia mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam ajang Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) 2024 di Solo dan berhasil menyumbangkan satu medali emas serta satu medali perunggu untuk Yogyakarta. Faris kini masuk kelas 107 kg ini terus berlatih intensif di Stadion Mandala Krida setiap sore, dari Senin hingga Kamis, serta Sabtu.
“Saya mulai mengikuti olahraga angkat beban sejak 2015 setelah menjalani asesmen, diarahkan beberapa cabang olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik saya. Ternyata setelah dicoba yang paling berpotensi bidang angkat beban. Alhamdulillah, setelah berproses, akhirnya bisa mencapai prestasi yang membanggakan,” ungkapnya.
Faris Fadhli Domily, warga Kemantren Kraton sekaligus atlet disabilitas penerima alat bantu kesehatan kaki palsu
Faris yang mengalami amputasi akibat tumor tulang pada usia 18 tahun, pada tahun 2011 lalu menekankan pentingnya dukungan keluarga dan lingkungan sekitar dalam membangkitkan semangatnya. “Support system yang baik sangat membantu untuk melalui masa-masa sulit. Keluarga, teman-teman, dan orang-orang di sekitar saya sangat mendukung dan menguatkan saya,” terangnya.
Menurut Faris, dukungan dari pemerintah tidak hanya hadir dalam bentuk alat bantu, tetapi juga dari segala lini. Seperti pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh Dinas Sosial. "Pelatihan dan pemberdayaan juga ada follow up informasi yang jelas ini sangat penting agar teman-teman disabilitas dapat hidup setara dengan warga lainnya," tutup Faris.
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang menegaskan bahwa program ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah dalam menyediakan akses kesehatan yang inklusif.
“Penyerahan alat bantu ini diharapkan dapat mendukung kemandirian penyandang disabilitas dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Program ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan inklusivitas sosial dan memberikan layanan kesehatan yang setara bagi seluruh masyarakat,” ujar Maryustion.
Penerima alat bantu kesehatan bagi penyandang disabilitas
Dalam pelaksanaan program ini, sebanyak 44 penyandang disabilitas telah terdaftar dan menjalani pemeriksaan serta pengukuran alat bantu. Sebanyak 25 orang menerima kursi roda adaptif, sementara 19 orang lainnya menerima alat bantu orthosis dan prosthesis. Alat bantu yang diberikan antara lain kaki palsu, korset penyangga tulang belakang dan sepatu besi untuk penyandang disabilitas dengan kondisi fisik tertentu. Untuk jenis kursi roda adaptif yang diberikan akan disesuaikan dengan postur tubuh, lebar badan, dan panjang kaki penerima. Bahkan kursi roda untuk anak-anak dilengkapi dengan sabuk pengaman dan meja agar nyaman digunakan saat makan atau belajar.
Fitting atau penyesuaian postur tubuh agar pengguna nyaman menggunakan alat bantu
Senada dengan hal tersebut, Kepala Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial, Heni Rahayuningsih, menambahkan bahwa setiap penerima alat bantu telah melalui proses skrining kesehatan yang melibatkan dokter umum serta spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.
“Proses fitting dilakukan untuk memastikan alat bantu sesuai dan nyaman digunakan oleh penerima manfaat. Kami juga memberikan panduan penggunaan dan membuka komunikasi lanjutan untuk keperluan reparasi jika diperlukan,” ujar Heni.
Dengan adanya program Jamkesus terpadu ini, Pemerintah Kota Yogyakarta berharap dapat meringankan ketergantungan penyandang disabilitas terhadap bantuan orang lain dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sekaligus mendukung mereka dalam mencapai kemandirian yang lebih baik. (Chi)