Pemkot Layani Pemeriksaan TBC Gratis di 18 Puskesmas

UMBULHARJO – Musim pancaroba saat ini sangat berpotensi terhadap risiko penularan penyakit. Dimana Kota Yogyakarta sedang dilanda musim penghujan yang dapat mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh di masyarakat, sehingga rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, termasuk Tuberkulosis (TBC).
Untuk itu, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menghimbau kepada masyarakat untuk terus meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi  Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu mengungkapkan, penderita TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. 
Gejalanya seperti batuk yang berlangsung lebih dari dua minggu, penurunan berat badan, demam, dan berkeringat di malam hari. 
“Selain itu, kelompok dengan resiko tinggi TB dapat menyerang anak-anak, orang dengan HIV/AIDS dan penderita diabetes melitus,”jelas Endang saat diwawancarai, Jumat (22/11).
Endang mengungkapkan, jika penderita tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berakibat fatal.
Ia menekankan, pentingnya deteksi dini dan pengobatan yang tuntas bagi penderita TB. Sehingga, masyarakat diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami gejala yang mencurigakan. 
"Kami menyediakan layanan pemeriksaan dan pengobatan TBC secara gratis di 18 puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Harapannya, masyarakat dapat memanfaatkan sebaik-baiknya,"tambahnya.
Tambahnya, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta pada tahun 2024 penderita TBC sebanyak 1.234 orang. 
Sedangkan, di tahun 2023 penderita TBC sebanyak 1.690 orang. “Meskipun data menunjukkan per tanggal 21 November 2024 sebanyak 1.234 jiwa, jumlah ini cukup banyak dibandingkan dengan tahun 2023 karena jumlahnya masih bisa bertambah sampai akhir tahun 2024,”ujarnya.
Ia berharap, jika pasien sudah di diagnosa TBC, pasien akan diberi pengobatan sesuai standar dan dilakukan investigasi kontak. Dimana orang-orang di sekeliling pasien di skrining TBC dengan Rontgen, dan  tes mantoux. Terutama Keluarga dan teman kerjanya.  
“Jika hasil skrining terinfeksi TBC, tapi tidak sakit TBC, akan diberi terapi pencegahan TBC,”imbuhnya.
Sampai saat ini, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta terus berupaya untuk menekan angka TBC di Kota Yogyakarta. Salah satunya dengan memberikan edukasi tentang TBC dan bagaimana cara pencegahannya.
Selain itu, masyarakat bisa memakai masker ketika bertemu dengan orang batuk, memperbaiki daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, serta memperbaiki kondisi rumah yang memenuhi syarat kesehatan, tidak lembab dengan memiliki akses matahari langsung dan ventilasi yang bagus. 
Selain itu, kebiasaan menjemur kasur, bantal dan sofa juga menjadi salah satu penyebab penyakit TBC.
Dinkes mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas dan organisasi kesehatan, untuk turut mendukung upaya pemberantasan TBC melalui edukasi dan pendampingan. 
Dengan kerja sama yang baik,  diharapkan dapat mencapai target eliminasi TBC pada tahun 2030.
“Kami mengajak, untuk masyarakat agar lebih peduli pada kesehatannya. Jika sakit maka segeralah datang ke fasilitas kesehatan,”ungkapnya. 
Sementara itu, Kepala Puskesmas Mantrijeron Eny Purdiyanti mengungkapkan, sampai saat ini per tanggal 22 November 2024, jumlah pasien TB ada sekitar 16 orang.
Pihaknya menyebutkan, dengan masih adanya penderita TB, pihak Puskesmas Mantrijeron akan terus memberikan sosialisasi tentang TBC baik melalui medsos maupun pertemuan-pertemuan di tingkat RW, Kelurahan maupun Kemantren.
“Selain itu, kami juga melakukan koordinasi dengan jejaring atau fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah terkait penanganan TB dan melakukan investigasi kontak kalau ditemukan kasus TB,”ungkapnya.
Jika ditemukan kasus maka akan segera dirujuk ke rumah sakit terdekat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. (Hes)